Kapal BLTA terpangkas demi bayar utang



JAKARTA. PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) harus rela melepas sejumlah kapal yang dimilikinya.

Dalam paparan kinerja yang digelar Senin (18/1), emiten pelayaran ini harus legowo melepas 34 kapal pasca penutupan mandated lead arranger (MLA)  pada 1 Desember 2015.

Sebelumnya, BLTA masih mengoperasikan 39 kapal yang dimilikinya.


Rinciannya, BLTA Jakarta sebanyak 13 kapal dengan area perdagangan di Indonesia, Asia Timur sampai dengan Asia Tenggara, Australia dan juga Selandia Baru.

Sebanyak 5 kapal Gold Bridge untuk area perdagangan di Asia Utara/ Asia Selatan.

Sebanyak 21 kapal entitas Chembulk dengan area perdagangan mencakup Trans Atlantik, Teluk Amerika dan Amerika Selatan, Trans Pasifik, Timur Tengah dan India serta Asia Tenggara dan wilayah Teluk Arab.

Per 31 Desember 2015, perseroan hanya bisa mengoperasikan lima kapal yang dimilikinya dengan entitas BLTA Jakarta yang hanya beroperasi di area perdagangan Indonesia dan juga Asia Tenggara.

Dengan demikian, aset perseroan pun mengalami penyusutan yang cukup signifikan.

Per September 2015, aset BLTA menjadi hanya sebesar US$ 660,57 juta. Angka ini turun sebesar 3,96% dibanding akhir tahun 2014 yang sebesar US$ 687,81 juta.

Lantaran pengalihan sejumlah aset yang dimilikinya ini, perusahaan pun pengalami penurunan biaya operasional senilai US$ 8,44 juta atau setara dengan 9,2% dari US$ 91,68 juta per akhir 2014 menjadi US$ 83,24 juta pada September 2015.

Penurunan total operating costs dikarenakan penurunan jumlah kapal dan pengawasan yang lebih ketat atas biaya operasional yang dikeluarkan oleh ship managers menjadi berkurang.

Hal ini mengakibatkan perseroan menderita rugi kotor sebesar US$ 54,31 juta selama sembilan bulan pertama tahun 2015 dari sebelumnya hanya sebesar US$ 39,68 juta pada akhir 2014.

Ini artinya, kerugian yang diderita perseroan semakin besar.

BLTA pun menderita rugi operasional sebesar US$ 38,72 juta pada September 2015.

Angka ini meningkat 83,29% dibandingkan rugi operasional perseroan pada akhir 2014 yang senilai US$ 21,12 juta.

Per September 2015, perseroan mengalami peningkatan EBITDA atau pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan dan Amortisasi menjadi US$ 69,8 juta.

Angka ini mengalami peningkatan sebesar 33,57% dibandingkan akhir tahun 2014 yang sebesar US$ 52,26 juta.

Peningkatan EBITDA ini terjadi dikarenakan penghematan biaya dari menurunnya biaya bahan bakar dan pengendalian ship manajemen yang semakin efektif.

Direktur Utama Berlian Laju Tanker Siana Anggraeni Surya, bilang, melemahnya harga minyak dunia memiliki dampak positif bagi perseroan.

Beban bahan bakar bisa sedikit terpangkas, tapi belum jelas nilai efisiensi bagi perusahaan.

Sebab, kata Siana, rute pelayaran yang dilayani oleh Berlian Laju Tanker tergantung kargo.

"Jadi penurunan harga minyak tidak bisa langsung terlihat pengaruhnya berapa. Kami bisa tahu efisiensinya setelah pemakaian,” kata Siana di Jakarta, Senin (18/1).

Selain itu, faktor lain yang turut mendukung efisiensi karena penurunan harga minyak dunia adalah loading factor.

Jika loading factor baik, maka efisiensi yang dirasakan bisa lebih baik lagi.

"Pelemahan harga minyak positif karena beban bahan bakar kami menurun. Tapi hasilnya tidak bisa langsung," ujarnya.

Untuk diketahui, beban pelayaran (voyage expense) perseroan dalam sembilan bulan pertama 2015 terpantau turun 35,4% menjadi US$ 69,65 juta dari US$ 107,89 juta pada periode yang sama 2014.

Di sisi lain, dengan pelemahan harga minyak dunia ini, perseroan enggan untuk memperbesar porsi pengiriman minyak dan gas.

Menurut Siana, perseroan tidak berencana untuk memperbesar porsi pengiriman migas.

"Kami masih fokus ke pengiriman chemical. Belum ada rencana menambah porsi pengiriman minyak. Porsi mayoritas masih di chemical dan akan terus dipertahankan," ucap Siana.

Hingga saat ini pendapatan perseroan masih didominasi oleh jasa pengiriman bahan kimia (chemical).

Sampai dengan September 2015, pendapatan perseroan mencapai US$ 207,21 juta.

Angka ini mengalami penurunan sebesar 13,4% dibandingkan periode yang sama 2014 yang mencapai US$ 239,26 juta.

Dari perolehan itu tercatat 94,13% berasal dari jasa pengiriman bahan kimia.

Sedangkan sisanya yaitu 5,71% berasal dari pengiriman liquefield pertroleum gas (LPG). Untuk jasa pengiriman lain-lain, porsinya sebesar 0,16%.

Sepanjang tahun 2016 ini, BLTA menyiapkan dana sebesr US$ 10 juta sebagai dana belanja modal atawa capital expenditure (Capex).

Dana tersebut dianggarkan perseroan untuk menambah armada sebanyak dua kapal tahun ini.

“Kami akan fokus per proyek, jadi kalau ada peluang yang cukup baik, kami akan menambah dua kapal (timecharter) pada tahun ini. Ekspansi kapal bisa dengan membeli atau dengan menyewa," jelasnya.

Adapun sumber dana untuk penambahan armada itu diperoleh dari kas internal yang dihasilkan dari penerbitan saham yang dilakukan pada akhir tahun 2015 kemarin.

“Kami tidak harus membeli kapal, jadi nanti bisa sewa. Dana dari hasil penerbitan saham,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto