KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proses pengerukan dan penarikan untuk membebaskan kapal kontainer raksasa yang terjebak di Terusan Suez belum berhasil untuk mengakhiri keterlambatan yang membuat tarif pengiriman kapal tanker naik. Hal tersebut akhirnya mengacak rantai pasokan global untuk semua barang, mulai dari komoditas, biji-bijian hingga pakaian bayi. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan pihaknya sedang mencari cara untuk membantu proses evakuasi tersebut. Seperti diketahui, kapal Ever Given sepanjang 400 meter kandas di jalur perairan perdagangan utama pada pekan lalu akibat angin kencang.
"Kami memiliki peralatan dan kapasitas yang tidak dimiliki kebanyakan negara. Dan kami sedang melihat bantuan apa yang bisa kami berikan," kata Biden di Delawere seperti dikutip
Reuters, Senin (29/3). Seorang pejabat AS mengatakan Angkatan Laut AS bersiap untuk mengirim tim ahli pengerukan ke kanal, tetapi masih dalam tahap menunggu persetujuan dari otoritas setempat. Upaya terbaru untuk mengeluarkan kapal dengan kapan tunda ditangguhkan pada Jumat (26/3) malam. Upaya tersebut dilanjutkan pun dilanjutkan pada akhir pekan. Namun kabar baiknya, kapal kontainer Ever Given sudah mulai bergerak dan sedang diamankan. Hal itu langsung berdampak negatif pada harga minyak mentah global. Senin (29/3) pukul 13.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2021 anjlok 1,63% ke US$ 63,38 per barel. Serupa, harga minyak WTI turun 1,72% di level US$ 59,92 per barel. Pekan lalu, harga minyak menguat lebih dari 4% setelah kapal kontainer tersebut menghambat jalur di Terusan Suez pada awal minggu lalu. Kala itu, investor yang masih menerka dampak dari kemacetan lalu lintas di salah satu perairan terpenting di dunia tersebut.
Baca Juga: Harga minyak anjlok 2% usai kapal kontainer yang sumbat Terusan Suez mulai bergerak Menurut data Refinitiv, akibat tersumbatnya jalur di Terusan Suez, sedikitnya lebih dari 30 kapel tanker minyak terpaksa menunggu antriam di kedua sisi kanal sejak Selasa (23/3). Namun, analis memperkirakan permintaan musiman yang rendah untuk minyak mentah dan gas alam cair, kemungkinan akan mengurangi dampak pada harga.
Beberapa analis juga memperkirakan, dampak harga yang lebih besar pada kapal tanker kecil yang membawa produk minyak seperti naphtha dan bahan bakar minyak untuk ekspor dari Eropa ke Asia bisa terjadi. Khususnya bila kanal tetap ditutup selama berminggu-minggu. Sebab, perutean ulang kapal di sekitar Tanjung Harapan dapat menambah dua minggu dan biaya bahan bakar ekstra untuk pelayaran menurut Sri Paravaikarasu, Direktur Minyak Asia di FGE. Pemblokiran rute tersebut pun telah membebani pasar gasoil atau diesel Asia yang sudah lemah. Lebih, dari 60% ekspor Asia ke barat mengalir melalui kanal yang tersumbat pada tahun 2020, menurut FGE. Namun, dengan kabar tentang kapal Ever Given yang sudah mulai mengapung, harga minyak kembali kontraksi. Tetapi diperkirakan hal tersebut tak berlangsung lama karena ekspektasi OPEC+ akan mempertahankan tingkat produksi yang lebih rendah ketika menggelar pertemuan pada pekan ini, untuk memberikan angin segar bagi harga minyak.
Editor: Anna Suci Perwitasari