Kapal Induk AS, USS Carl Vinson, Tiba di Korea Selatan dengan Armada Penuh



KONTAN.CO.ID - Salah satu kapal induk AS, USS Carl Vinson, tiba di pelabuhan kota Busan, Korea Selatan, pada hari Selasa (21/11). Kapal induk terlihat membawa cukup banyak jet tempur di landasan pacunya.

Angkatan Laut Korea Selatan mengatakan, kehadiran armada kapal induk AS ini bertujuan untuk menunjukkan pencegahan yang lebih luas terhadap program nuklir dan rudal Korea Utara.

Mengutip Reuters, Laksamana Muda Korea Selatan, Kim Ji-hoon mengatakan, kedatangan Carl Vinson menunjukkan postur pertahanan gabungan yang kuat dan kesediaan yang kuat untuk menanggapi ancaman nuklir dan rudal Korea Utara yang semakin meningkat.


Baca Juga: Xi Jinping: Taiwan adalah Masalah Terbesar dalam Hubungan AS-China

Kedatangan kapal induk ini juga terjadi ketika Korea Utara hendak meluncurkan roket yang membawa satelit luar angkasa. Pyongyang telah mengumumkan bahwa peluncuran akan dilakukan antara tanggal 22 November dan 1 Desember.

Pada 21 November malam, Korea Utara akhirnya benar-benar meluncurkan roket yang membawa satelit tersebut.

Baca Juga: Korea Utara Klaim Sukses Luncurkan Satelit Mata-Mata Pertamanya, Jepang Marah

Peluncuran Satelit Mata-Mata Korea Utara

Korea Utara mengatakan pihaknya berhasil menempatkan satelit mata-mata pertamanya di orbit pada hari Selasa. Pyongyang juga berjanji untuk meluncurkan lebih banyak lagi dalam waktu dekat.

Korea Selatan dan Jepang yang memantau peluncuran roket mengatakan, mereka tidak dapat segera memverifikasi apakah sebuah satelit telah ditempatkan di orbit. 

Baca Juga: Jepang Gelar Latihan Militer di Laut China Timur, Pakai Kendaraan Serbu Amfibi

Kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, mengatakan satelit Malligyong-1 diluncurkan dengan roket Chollima-1 dari fasilitas peluncuran satelit Sohae pada pukul 22:42 waktu setempat dan memasuki orbit pada 22:54.

Mengutip Yonhap, Korea Selatan menanggapi peluncuran itu dengan mengatakan bahwa pihaknya akan mengambil langkah-langkah untuk menangguhkan sebagian dari perjanjian antar-Korea tahun 2018 yang dirancang untuk menurunkan ketegangan militer.

Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan mengatakan, langkah tersebut akan melibatkan pemulihan operasi pengintaian dan pengawasan di wilayah sekitar garis demarkasi militer antar negara.