Kapal roro Bitung - Filipina beroperasi 30 April



JAKARTA. Pemerintah Indonesia dan pemerintah Filipina telah meneken Deklarasi Bersama tentang Konektivitas Laut Indonesia-Filipina dengan menggunakan Kapal RoRo Rute Bitung (Sulawesi Utara) - Davao / General Santos (Filipina) pada 28 April 2017.

Penandatangan dilakukan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menhub Filipina Arthur P Tugade serta disaksikan presiden Joko Widodo dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Brunei Indonesia Malaysia Philipines-East Asean Growth Area (BIMP-EAGA) ke-12 di Manila, Filipina.

Penandatanganan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan BIMP-EAGA Sea Linkages Working Group di Manado tanggal 19-20 April 2017 lalu, yang dihadiri oleh perwakilan dari Negara anggota BIMP EAGA Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Filipina, serta perwakilan dari BIMP Facilitation Centre (FC), BIMP EAGA Business Council (BEBC) dan Asian Development Bank (ADB).


Selanjutnya, Presiden Joko Widodo, bersama dengan Presiden Rodrigo Duterte dijadwalkan akan menghadiri peluncuran pelayaran perdana Kapal RoRo pada tanggal 30 April 2017.

Budi Karya mengatakan bahwa implementasi proyek konektivitas laut ini mempunyai arti penting bagi Indonesia karena akan menciptakan rute pelayaran dan perdagangan baru dan mendukung program prioritas nasional Presiden RI yaitu menjadikan Pelabuhan Bitung sebagai hub internasional.

”Konektivitas ini akan memberikan peluang besar bagi kedua belah pihak, dilihat dari sisi ekonomi, waktu, maupun peluang dalam meningkatkan perdagangan,” ujar Budi dalam keterangan resminya, Sabtu (29/4).

Budi menilai pembukaan rute pelayaran kapal RoRo baru ini dapat membantu mengembangkan potensi ekonomi daerah dan meningkatkan pariwisata serta investasi daerah. Ini sejalan dengan program nasional untuk membangun kelautan dan kemaritiman Indonesia dengan tujuan untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Rute baru ini dinilai akan menjadi sangat kompetitif, dilihat dari segi jarak dan waktu tempuh yang lebih singkat sehingga dapat mengurangi biaya transportasi dan logistik. Selain itu, adanya rute baru ini diharapkan juga dapat meningkatkan kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Filipina.

Menurut Budi, rute Bitung-Davao hanya membutuhkan waktu tempuh 1-2 hari. Jauh lebih singkat dibandingkan dengan rute Bitung-Surabaya/Jakarta-Manila-Davao yang membutuhkan setidaknya 1- 2 minggu sehingga akan menurun biaya transportasi dan logistik.

Selain meningkatkan perdagangan, pembukaan rute pelayaran baru ini juga diharapkan dapat meningkatkan pariwisata di Indonesia Timur dengan memberikan kontribusi dalam meningkatkan hubungan people-to-people contact di masa mendatang. Untuk sekarang ini, yang dilakukan memang baru pada tahap perdagangan barang. Pada tahap awal yang akan dikirim oleh Filipina melalui Davao menuju Bitung adalah produk tepung. Sedangkan komoditas yang akan dibawa dari Bitung antara lain: jagung, kopra, dan mesin.

Nantinya, kapal yang akan digunakan untuk melayani rute Bitung-Davao/General Santos adalah Super Shuttle RoRo 12 dengan kapasitas 500 TEUS yang dioperasikan oleh Asian Marine Transport Corporation (AMTC). Kapal ini rencananya akan bersandar di Dermaga IV/IKD, Bitung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia