Kapal tempur AS gelar latihan dengan dua kapal perang Jepang di Laut China Selatan



KONTAN.CO.ID - LAUT CHINA SELATAN. Angkatan Laut Amerika mengumumkan, kapal tempur litoral USS Gabrielle Giffords bergabung dengan dua kapal Pasukan Bela Diri Jepang untuk melakukan pelatihan di Laut China Selatan yang kontroversial pada hari Selasa.

Melansir Stripes.com, kapal Angkatan Laut AS berlayar dengan kapal pelatihan JMSDF JS Kashima dan JS Shimayuki untuk menekankan pentingnya komunikasi dan koordinasi saat beroperasi bersama.

"Kesempatan untuk beroperasi dengan teman-teman dan sekutu kita di laut sangat penting untuk kesiapan dan kemitraan kita bersama," kata Komandan Belakang Expeditionary Strike Group 7, Laksamana Muda Fred Kacher dalam pernyataannya seperti yang dikutip Stripes.com.

Baca Juga: Tensi meninggi, Asia Tenggara bakal jadi arena pertarungan antara China dan Amerika?

Laut China Selatan diklaim Beijing sebagai wilayahnya. Akan tetapi, AS dan negara-negara lain menganggap wilayah tersebut sebagai perairan internasional, karena bersinggungan dengan banyak negara - termasuk Malaysia, Filipina, China, dan Vietnam. Kesemuanya memperdebatkan kedaulatan atas pulau dan terumbu di dalamnya.

Menurut Asia Maritime Transparency Initiative, sejak 2013, China telah melakukan militerisasi 27 fitur dalam rantai kepulauan Spratly dan Paracel di kawasan itu dalam upaya untuk memperluas kehadiran dan otoritasnya.

Baca Juga: AS kerahkan militer secara besar-besaran di Laut China Selatan, begini respons China

Tiongkok menegaskan bahwa kapal militer asing harus meminta izin untuk berlayar dalam jarak 12 mil laut dari pantai pulau-pulau itu. AS secara teratur melakukan operasi patroli dan kebebasan navigasi di wilayah tersebut untuk menentang klaim tersebut.

Jepang telah meningkatkan kehadiran angkatan lautnya di Laut China Selatan dalam beberapa tahun terakhir. Buku putih Kementerian Pertahanan pada bulan September mengatakan Jepang harus "secara proaktif dan independen memperkuat" keamanannya dengan meningkatkan kehadirannya di perairan yang disengketakan tahun ini.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie