Kapasitas AKRA dalam Menopang Kinerja



JAKARTA. Kinerja keuangan PT Aneka Kimia Raya Corporindo (AKRA) masih moncer. Sepanjang 2009, perusahaan distributor minyak dan bahan kimia ini mencatatkan laba bersih Rp 274,72 miliar. Jumlah ini melompat 31% dari laba bersih 2008. Padahal, pendapatan AKRA selama tahun lalu melorot 5,39% menjadi Rp 8,96 triliun.

Direktur Komersial AKRA, Vembu Suresh, menjelaskan, pendapatan perusahaan turun lantaran harga jual produk mereka ikut melorot pada tahun lalu. Harga petroleum, misalnya, turun 35% menjadi Rp 4.906 per liter. Kemudian, harga jual bahan-bahan kimia juga terkoreksi 19% menjadi Rp 1.816 per kilogram.

Meski demikian, penurunan harga jual produk AKRA bisa diimbangi oleh meningkatnya volume penjualan mereka. Sepanjang 2009, AKRA mampu menjual petroleum sebanyak 1,025 juta kiloliter, atau melesat 53% dari 2008.


Hanya saja, performa bisnis AKRA lewat anak usahanya, PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk (SOBI), masih stagnan. "Sorini mencatatkan penjualan stabil untuk produk sorbitol dan starch sweetener," ujar Vembu, kemarin (31/3).

Menjalani bisnis tahun ini, manajemen AKRA mulai optimistis, khususnya untuk penjualan petroleum. "Harganya sekarang rata-rata sudah naik menjadi Rp 5.400 per liter," kata Vembu.

AKRA juga memproyeksikan, penjualan petroleum tahun ini bisa tumbuh 20%-25% dari penjualan 2009. Untuk mencapai target itu, AKRA akan menggenjot kapasitas terminal penyimpanan BBM.

AKRA akan menambah kapasitas sebanyak 65.000 kiloliter (kl). Saat ini, total kapasitas penyimpanan BBM AKRA sebanyak 72.428 kl. Terminal-terminal AKRA tersebar di berbagai kota: Medan, Pontianak, Stagen dan Palembang.

Jika pembangunan tangki baru rampung, kapasitas terminal BBM AKRA akan mencapai 137.428 kl. AKRA juga berniat merampungkan proyek terminal BBM Jakarta Tank Terminal (JTT) di Tanjung Priok, yang total kapasitasnya 450.000 kl.

Persaingan ketat

Kinerja AKRA pada tahun lalu masih sejalan dengan perkiraan analis. Analis Danareksa Sekuritas, Indra Pradana Yudison, menebak, tahun lalu pendapatan AKRA Rp 8,68 triliun dan laba bersihnya Rp 289 miliar.

Sedangkan Kepala Riset Bhakti Securities, Edwin Sebayang, melihat, penurunan harga jual minyak mentah tahun lalu ikut memangkas pendapatan AKRA. Dia menghitung, tahun lalu AKRA semestinya bisa mengantongi pendapatan Rp 9,25 triliun. "Tapi penurunan harga jual produk AKRA menyebabkan kinerjanya lebih rendah dari perkiraan kami," katanya.

Kepala Riset Bahana Sekuritas, Harry Su, melihat pesaing AKRA di bisnis petroleum datang dari Shell dan Petronas. "Kompetisi bisnis ini cukup ketat, tapi AKRA tak mau perang harga," ujarnya.

Shell dan Petronas sebenarnya memasang harga 8%-10% lebih rendah dari AKRA. Harry menghitung, tahun ini AKRA bisa mengantongi pendapatan Rp 11 triliun dan laba bersihnya Rp 326 miliar.

Ketiga analis merekomendasikan beli saham AKRA. Harry menargetkan Rp 1.125 per saham. Indra memasang Rp 1.580 per saham dan Edwin mematok Rp 1.475 per saham. Kemarin, saham AKRA naik 2,11% ke Rp 930 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test