JAKARTA. Rencana pembangunan pabrik pemurnian (smelter) yang digelar PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur tampaknya akan banyak mengalami perubahan. Sebabnya, perencanaan tersebut harus memadukan masukan dari perusahaan tambang tembaga lain seperti PT Newmont Nusa Tenggara, PT Gorontalo Minerals, dan PT Kalimantan Surya Kencana. Semula, Freeport berencana membangun smelter di Gresik dengan kapasitas 2 juta ton konsentrat per tahun. "Karena sisa pasokan konsentrat pada 2018 hanya sebanyak 1 juta ton, kami ingin lihat kesepakatan para perusahaan, apakah Freeport mau menurunkan kapasitas seperti apa," kata Sukhyar, Direktur Jenderal dan Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di kantornya, Jumat (20/2). Dia menambahkan, kapasitas smelter tersebut juga harus mempertimbangkan produksi Newmont, serta Gorontalo dan Kalimantan yang diproyeksikan bisa berproduksi paska 2019 depan. Bahkan, rencana smelter Freeport ini juga bisa mengalami perubahan mengenai lokasinya. "Bisa berubah lokasinya, apakah tetap di Gresik, atau ada alternatif lain misalnya di Sulawesi Selatan, tergantung keputusan perusahaan," kata dia. Sukhyar bilang, pemerintah akan menunggu hasil diskusi empat KK tersebut, nantinya akan diputuskan dalam rapat pimpinan Kementerian ESDM. "Kita tunggu saja, mudah-mudahan Jumat ini, sudah ada keputusan dari perusahaan," kata dia. Asal tahu saja, Kementerian ESDM sebelumnya menyatakan hanya ada dua lokasi smelter yang dipastikan. Yakni, smelter PT Smelting di Gresik dengan kapasitas 1,2 juta ton konsentrat per tahun yang telah beroperasi, serta smelter yang akan dibangun BUMD Papua di Timika dengan kapasitas 900.000 ton konsentrat per tahun yang diproyeksikan beroperasi pada pertengahan 2019 depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kapasitas smelter Freeport di Gresik akan berubah
JAKARTA. Rencana pembangunan pabrik pemurnian (smelter) yang digelar PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur tampaknya akan banyak mengalami perubahan. Sebabnya, perencanaan tersebut harus memadukan masukan dari perusahaan tambang tembaga lain seperti PT Newmont Nusa Tenggara, PT Gorontalo Minerals, dan PT Kalimantan Surya Kencana. Semula, Freeport berencana membangun smelter di Gresik dengan kapasitas 2 juta ton konsentrat per tahun. "Karena sisa pasokan konsentrat pada 2018 hanya sebanyak 1 juta ton, kami ingin lihat kesepakatan para perusahaan, apakah Freeport mau menurunkan kapasitas seperti apa," kata Sukhyar, Direktur Jenderal dan Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di kantornya, Jumat (20/2). Dia menambahkan, kapasitas smelter tersebut juga harus mempertimbangkan produksi Newmont, serta Gorontalo dan Kalimantan yang diproyeksikan bisa berproduksi paska 2019 depan. Bahkan, rencana smelter Freeport ini juga bisa mengalami perubahan mengenai lokasinya. "Bisa berubah lokasinya, apakah tetap di Gresik, atau ada alternatif lain misalnya di Sulawesi Selatan, tergantung keputusan perusahaan," kata dia. Sukhyar bilang, pemerintah akan menunggu hasil diskusi empat KK tersebut, nantinya akan diputuskan dalam rapat pimpinan Kementerian ESDM. "Kita tunggu saja, mudah-mudahan Jumat ini, sudah ada keputusan dari perusahaan," kata dia. Asal tahu saja, Kementerian ESDM sebelumnya menyatakan hanya ada dua lokasi smelter yang dipastikan. Yakni, smelter PT Smelting di Gresik dengan kapasitas 1,2 juta ton konsentrat per tahun yang telah beroperasi, serta smelter yang akan dibangun BUMD Papua di Timika dengan kapasitas 900.000 ton konsentrat per tahun yang diproyeksikan beroperasi pada pertengahan 2019 depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News