KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kapitalisasi pasar anggota indeks BUMN20 turun sejak awal tahun. Indeks yang berisi saham-saham BUMN ini sudah turun 20,60%, lebih besar daripada penurunan IHSG yang mencapai 18,18%. Penurunan kapitalisasi pasar paling dalam dirasakan oleh saham PT Wijaya Karya Beton Tbk (
WTON) yang turun 51,68%
year to date (ytd) dan diikuti saham-saham lain di sektor konstruksi. Sementara itu, penurunan kapitalisasi pasar paling rendah dialami oleh PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI). Kapitalisasi pasar BMRI turun 10,42% ytd, disusul oleh penurunan kapitalisasi pasar PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) yang turun 11,14% ytd.
Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan, penurunan kapitalisasi pasar tersebut sejalan dengan kondisi ekonomi global yang tengah diliputi ketidakpastian. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran penyebaran virus corona yang menghambat transaksi ekonomi seperti di Tiongkok dan merembet ke negara-negara lain.
Baca Juga: Buyback Saham Sekadar Menahan agar Tak Anjlok Lebih Dalam “Penurunan kapitalisasi ini tidak bisa disimpulkan fundamental mereka jelek, karena ketika pasarnya pulih saham yang turun ini juga naiknya akan lebih tinggi dari IHSG. Saham-saham seperti
TLKM,
BBRI, dan seterusnya yang memang fundamentalnya bagus, naiknya bisa lebih tinggi dari IHSG, ” jelas Teguh kepada Kontan.co.id, hari ini. Lalu bila dilihat dari per sektor, saham-saham di sektor konstruksi yang turun paling dalam. Sebaliknya, sektor perbankan justru penurunannya paling rendah. Teguh menjelaskan hal ini disebabkan bahwa saham di sektor konstruksi memang sangat sensitif terhadap pergerakan IHSG. “Jadi di bursa itu ada saham yang lebih sensitif, konstruksi itu yang paling sensitif. Itu normal,” imbuh dia. Penurunan kapitalisasi pasar di sektor konstruksi juga dipengaruhi oleh kekhawatiran virus corona. Penyebaran virus ini memicu kekhawatiran proyek konstruksi akan dihentikan sebagai upaya penanggulangan penyebaran virus corona yang lebih luas lagi.
Baca Juga: Tiga emiten swasta bakal buyback dengan total nilai Rp 630 miliar Dari kondisi tersebut, imbuh Teguh, problem corona ini masih belum bisa dipastikan kapan akan berakhir. Apabila kekhawatiran pasar terus berlanjut hingga akhir tahun maka dapat dipastikan perekonomian global, termasuk Indonesia akan mengalami krisis.
Namun apabila kekhawatiran ini reda seiring dengan turunnya penyebaran virus dalam waktu satu bulan ke depan maka dapat dipastikan perekonomian akan baik-baik saja. “Kalau semua sektor kena, secara umum ekonomi melambat, maka baru kinerja perbankan akan terdampak,” jelas Teguh.
Baca Juga: Tertekan penurunan bunga dan wabah corona, ini rekomendasi saham Bank Mandiri (BMRI) Dus, Teguh menyarankan investor untuk memperhatikan kondisi perekonomian global dalam membuat keputusan. Sama halnya dengan memanfaatkan momentum
buyback. Apabila investor bisa mengabaikan fluktuasi jangka pendek dan memang memiliki tujuan investasi jangka panjang maka bisa memanfaatkan momentum
buyback. “Tapi kalau belum yakin dengan kondisi ekonomi makro maka tidak bisa mengikuti
buyback,” jelas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati