Kapitalisasi Pasar Emiten BUMN Menyumbang 23% dari Total Market Cap Pasar Modal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan terus mengisi pasar modal di Indonesia. Sejumlah calon emiten BUMN disiapkan untuk melantai di bursa saham.

Asisten Deputi Bidang Manajemen Risiko dan Kepatuhan Kementerian BUMN, Dwi Ary, mengamini bahwa saat ini jumlah BUMN dan anak usahanya yang melantai di pasar saham masih terbilang mini. Jumlahnya hanya sekitar 4,25% dari total emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Meski begitu, kontribusi emiten BUMN di BEI terbilang tinggi. Dari total kapitalisasi pasar (market cap) di BEI yang mencapai Rp 8.700 triliun, BUMN menyumbang market cap sekitar Rp 2.000 triliun.


Baca Juga: Emiten Tambang dan Bank Paling Cuan di Tahun 2021

Dengan kata lain, porsi market cap emiten BUMN di BEI sekitar 23% atau hampir seperempatnya. Sedangkan untuk emiten di indeks LQ45, porsi BUMN mencapai 45,5%.

"Ini kontribusi yang luar biasa di pasar saham Indonesia. Ke depan, kami berupaya meningkatkan kinerja performa untuk BUMN yang ada di bursa saham," ujar Dwi dalam Sosialisasi Penawaran Umum di Pasar Modal kepada BUMN, yang digelar secara virtual, Selasa (22/3).

Sebagai informasi, per akhir pekan lalu atau 18 Maret 2020, jumlah kapitalisasi pasar di BEI mencapai Rp 8.731,25 triliun. Sedangkan untuk total perusahaan tercatat di BEI saat ini ada sebanyak 778 emiten.

Baca Juga: Sebagian Besar Emiten BUMN Bukukan Laba Ciamik pada 2021, Simak Rekomendasi Sahamnya

Sementara itu, dari sisi obligasi dan sukuk, BUMN dan anak perusahaannya menyumbang sekitar Rp 229 triliun atau 52% dari total outstanding yang mencapai sekitar Rp 440 triliun. Pada tahun lalu, perusahaan-perusahaan di pasar modal mampu menggalang dana sekitar Rp 363 triliun. Dari jumlah itu, penggalangan dana oleh BUMN mencapai Rp 142 triliun.

Deputi Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian BUMN, Nawal Nely mengungkapkan bahwa di tengah pandemi covid-19, BUMN terus meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan tata kelola (governance). Kementerian BUMN juga sedang menjalankan roadmap 2020-2024 dengan tiga tahapan.

Tiga tahapan dalam roadmap tersebut terdiri dari, pertama, survival dan kelangsungan hidup. Tahap ini sudah berlangsung sampai dengan Q2-2021. Nely bilang, pada tahap ini Kementerian BUMN memprioritaskan untuk melindungi BUMN strategis dan yang terdampak Covid-19.

Dalam tahap ini, Kementerian BUMN juga membentuk klusterisasi berdasarkan keterkaitan rantai pasok dan kesamaan industri untuk meningkatkan sinergi. "Kami juga memperbaiki landasan good corporate governance BUMN beserta restrukturisasi operasional," jelas Nely.

Baca Juga: Proyek Smelter Milik BUMN Terus Berjalan

Kedua, merupakan tahapan yang terkait dengan restrukturisasi dan realignment. Tahapan ini masih berlangsung dan direncanakan sampai dengan Q2-2022. 

Tahap ini bertujuan untuk memperbaiki portofolio dengan restrukturisasi korporasi yang bertujuan untuk melakukan konsolidasi dan simplifikasi. Di samping untuk mempersiapkan landasan inovasi model bisnis baru.

Ketiga, tahapan terkait dengan inovasi dan transformasi yang dijadwalkan berlangsung hingga tahun 2024. Tujuannya untuk menciptakan kesempatan partisipasi sektor swasta dan melakukan spesialisasi BUMN dengan tujuan komersial dan sosial.

Baca Juga: Yuk Intip Prospek dan Rekomendasi Saham dalam Indeks BUMN 20

Asal tahu saja, per Desember 2021, terdapat total 87 BUMN yang memiliki aset konsolidasi sebesar Rp 8.767 triliun. Jumlah ini akan terkonsolidasi ke 42 BUMN sepanjang tahun ini.

Adapun klusterisasi BUMN terdiri dari 12 kluster, yakni jasa keuangan, energi, infrastruktur, asuransi, telekomunikasi, pariwisata dan pendukung, mineral dan batubara, logistik, pupuk dan pangan, perkebunan, manufaktur dan pertahanan, serta kesehatan. Selain itu, ada juga BUMN yang terkluster dalam Danareksa.

Dwi mengungkapkan bahwa masih ada BUMN dan anak usahanya yang akan melantai di bursa saham dengan menggelar initial public offering (IPO). Meski tak membeberkan secara rinci, tapi Ary menyebut, dalam periode 2020-2025 setidaknya ada 5 BUMN termasuk anak usahanya yang akan menggelar IPO.

Baca Juga: Indeks BUMN 20 Naik Paling Tinggi, Berikut Saham yang Jadi Pemberatnya

"Ini masih dalam penggodokan, kajian di Kementerian BUMN. Kami bertanggung jawab untuk tidak hanya membuat IPO story yang baik, tetapi juga sustainability-nya terjaga," ujar Ary.

Dia menyampaikan, masuknya BUMN ke pasar modal bukan sekadar untuk menghimpun dana membiayai investasi atau belanja modal (capex). Melainkan juga untuk lebih meningkatkan tata kelola.

Di sisi lain, Kementerian BUMN juga masih mengkaji strategi dalam melakukan IPO. Termasuk melalui greenshoe option. "Ini menjadi bagian dari kajian kami ke depan. Pada saat IPO greenshoe jalan atau ada strategi lainnya, akan kami sampaikan," tandas Ary.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati