KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 4,35% sejak awal tahun ini. Kenaikan IHSG ini masih berada di bawah indeks PSEi Filipina yang naik 6,88% secara year to date (ytd). Head of Research Lotus Andalan Sekuritas, Krishna Setiawan mengatakan yang menyebabkan IHSG bisa menduduki peringkat kedua setelah Filipina adalah propek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dinilai investor menarik. “Dalam 10 tahun hingga 15 tahun ke depan Indonesia ditargetkan akan menjadi negara ke-7 terbaik di dunia, sementara jika dibandingkan negara Asia lainnya saat ini kita termaksud yang paling terbaik,” kata Krishna, Rabu (30/1). Selanjutnya dia mengatakan, meski kerap kali diterpa berbagai sentimen global, Indonesia mampu melewati. Hal ini dibuktikan oleh nilai tukar rupiah yang kian menguat meski neraca pembayaran dan neraca perdagangan masih defisit. Itu pula yang menjadi pertimbangan investor memilih berinvestasi di Indonesia. “Kita ambil contoh Malaysia dari pertumbuhan ekonomi mungkin tidak sebaik kita, prospek kita ke depan kalau ini semua bisa dilalui, seperti misalnya current account tidak lagi defisit kita jauh lebih cerah,” jelasnya.
Kapitalisasi pasar lebih kecil, indeks saham Filipina lebih lincah daripada IHSG
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 4,35% sejak awal tahun ini. Kenaikan IHSG ini masih berada di bawah indeks PSEi Filipina yang naik 6,88% secara year to date (ytd). Head of Research Lotus Andalan Sekuritas, Krishna Setiawan mengatakan yang menyebabkan IHSG bisa menduduki peringkat kedua setelah Filipina adalah propek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dinilai investor menarik. “Dalam 10 tahun hingga 15 tahun ke depan Indonesia ditargetkan akan menjadi negara ke-7 terbaik di dunia, sementara jika dibandingkan negara Asia lainnya saat ini kita termaksud yang paling terbaik,” kata Krishna, Rabu (30/1). Selanjutnya dia mengatakan, meski kerap kali diterpa berbagai sentimen global, Indonesia mampu melewati. Hal ini dibuktikan oleh nilai tukar rupiah yang kian menguat meski neraca pembayaran dan neraca perdagangan masih defisit. Itu pula yang menjadi pertimbangan investor memilih berinvestasi di Indonesia. “Kita ambil contoh Malaysia dari pertumbuhan ekonomi mungkin tidak sebaik kita, prospek kita ke depan kalau ini semua bisa dilalui, seperti misalnya current account tidak lagi defisit kita jauh lebih cerah,” jelasnya.