JAKARTA. Kepala Kepolisian Jenderal Timur Pradopo menyesalkan insiden terlukanya wartawan oleh tembakan gas air mata aparat kepolisian. Ia berjanji akan mengecek kebenaran berita itu dan persoalan teknisnya di lapangan. Yang jelas, Timur meyakinan kejadian itu bukan karena unsur kesengajaan.
"Nanti kita lihat permasalahannya seperti apa. Tapi yang jelas, tidak ada kesengajaan, itu hanya kesalahpahaman," ujar Timur di Istana Merdeka, Senin (17/6). Ia mengaku, sampai saat ini, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jambi belum melaporkan insiden tersebut. Tetapi Timur yakin, wartawan Trans7 tidak terkena peluru tajam. Sebab, amunisi yang digunakan kepolisian adalah amunisi yang disiapkan khusus untuk mengatasi demonstrasi.
Jika demonstrasi berjalan tertib dan tidak anarkis, lanjut Timur, pihak aparat kepolisian pasti tidak akan melakukan pembubaran paksa dan menembakkan gas air mata. Bahkan pihak kepolisian berusaha mengelolah unjuk rasa dengan langkah-langkah persuasif untuk menghindari terjadinya bentrok antara aparat dan pengunjuk rasa. Namun jika ada unsur kesengajaan terhadap penembakan wartawan, dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, Timur berjanji pasti akan ada tindak lanjut pemeriksaan.
Sebelumnya, Anton Nugroho wartawan Trans 7 yang sedang meliput jalannya aksi unjuk rasa menolak kenaikan BBM di Jambi diduga terkena tembakan gas air mata yang digunakan oleh kepolisian dalam membubarkan kerusuhan. Sementara di Ternate, sebanyak 14 mahasiswa tersebut mengalami luka tembak di bagian kaki dan pinggang. Ada 13 mahasiswa yang tertembak peluru karet, sedangkan 1 mahasiswa tertembak peluru tajam.
Sementara satu orang wartawan harian surat kabar lokal terkena tembakan di bagian pingang kanan. Di pihak polisi, dua petugasnya mengalami luka lemparan batu. Kedua peristiwa itu terjadi pada hari ini, pada saat demonstrasi menentang kenaikan harga BBM bersubsidi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News