KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir tahun, PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) masih dibayangi dengan kinerja keuangan yang menurun. Emiten pertambangan mineral yang fokus pada eksplorasi dan pemurnian timbal dan seng (zinc) ini mencatatkan penurunan penjualan pada periode kuartal III-2024 sebesar 53,23% dengan nilai Rp 174,36 miliar dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang senilai Rp 372,79 miliar. Adapun hingga akhir tahun Direktur Utama PT Kapuas Prima Coal Tbk Harjanto Widjaja menyampaikan pihaknya memprediksi akan ada tambahan penjualan sebesar Rp 17 miliar, artinya pendapatan perseroan hingga akhir tahun bisa menyentuh angka Rp 191,36 miliar. Baca Juga: Delta Dunia (DOID) Ungkap Kontribusi Akuisisi Aset Luar Negeri & Kontrak Baru "Untuk penjualan sampai akhir tahun ini ada peningkatan sekitar US$ 5 juta di kuartal ke empat, sekitar Rp 17 miliar," katanya dalam Public Exspose virtual, Senin (16/12). Adapun terkait anggaran belanja modal atau capex (capital expenditure) sepanjang tahun ini, dirinya tidak menyebutkan nominal. Namun ia mengakui bahwa pihaknya masih kesulitan dalam mengelola arus kas hingga akhir tahun ini. "Untuk capex penyerapan tahun ini cukup minim karena cashflow kami juga struggling, jadi penganggaran capex kecil sekali," tambahnya. Asal tahu saja, pada periode kuartal III-2024 semua penjualan ZINC berorientasi ekspor dengan persentase penjualan seng sebesar 46,26% dan timbal 46,09%. Jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, yang masih terdapat porsi penjualan untuk dalam negeri yang menyumbang Rp 45,1 miliar kepada pendapatan kuartal III-2023. Dari segi bottom line, Kapuas Prima Coal mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 91,25 miliar dibandingkan dengan kuartal III-2023 yang mencatatkan laba sebesar Rp 7 miliar. Baca Juga: Izin Ekspor Tembaga Freeport dan Amman Diperpanjang hingga Akhir 2024 Perkembangan Produksi dan Pembangunan Smelter Perbaikan kinerja keuangan belum juga terlihat meskipun ZINC telah menggelontorkan dana cukup besar untuk proyek hilirisasi timbal dan seng mereka. Untuk smelter timbal, ZINC telah mengeluarkan dana sebesar US$ 15 juta. Sedangkan untuk smelter seng, perseroan telah mengeluarkan dana sebesar US$ 68 juta. Menurutnya smelter timbal mereka sudah 100% selesai, namun jika melihat hasil keluaran smelter yang berbentuk bullion, dalam catatan Kontan, produk ini masih 100% dieskpor oleh perseoran. "Sudah 100% selesai (smelter timbal). Dengan investasi yang sudah ditanamkan US$ 15 juta. Smelter pertama dan satu-satunya di Indonesia," katanya. Untuk diketahui, smelter timbal milik perseoran ini menggunakan teknologi pirometalurgi dengan kapasitas 40.000 ton konsentrat timbal dengan kapasitas keluaran 20.000 bullion. Sedangkan untuk smelter seng, ZINC tercatat sudah beberapa kali merevisi target penyelesaian. Awalnya smelter ini diprediksi rampung pada Juni 2023. Namun, akibat pandemi Covid-19 target penyelesaian mundur ke kuartal III-2024. Lalu, dari yang tadinya ditargetkan selesai pada tahun ini harus mundur lagi penyelesaiannya pada akhir tahun 2025. "Smelter seng mengalami sedikit terlambatan karena kendala masalah Covid-19, yang target 2024, akan mundur paling cepat di akhir tahun 2025," katanya. Adapun, jika berproduksi, smelter seng ini memiliki kapasitas masukan 81,546 konsentrat seng dengan kapasitas keluaran 30.000 ton Ingot. Sampai dengan September 2024 pembangunan fisiknya sudah mencapai 93,004%. Adapun, dirinya bilang saat ini perseroan masih berharap pada beroperasi kedua smelter untuk memperbaiki kinerja keuangan termasuk perbaikan harga saham. "Masalah harga saham ZINC ini merupakan concern kami. Tapi disini kami juga melihat berpotensi untuk pembangunan smelter kami, baik program pemerintah kita dukung, terutama smelter ZINC kalau smelter Pb (timbal)-nya memang sudah 100% dan kita siap untuk beroperasi," tutupnya.
Kapuas Prima Coal (ZINC) Masih Menanti Stimulus dari Kinerja Smelter
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir tahun, PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) masih dibayangi dengan kinerja keuangan yang menurun. Emiten pertambangan mineral yang fokus pada eksplorasi dan pemurnian timbal dan seng (zinc) ini mencatatkan penurunan penjualan pada periode kuartal III-2024 sebesar 53,23% dengan nilai Rp 174,36 miliar dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang senilai Rp 372,79 miliar. Adapun hingga akhir tahun Direktur Utama PT Kapuas Prima Coal Tbk Harjanto Widjaja menyampaikan pihaknya memprediksi akan ada tambahan penjualan sebesar Rp 17 miliar, artinya pendapatan perseroan hingga akhir tahun bisa menyentuh angka Rp 191,36 miliar. Baca Juga: Delta Dunia (DOID) Ungkap Kontribusi Akuisisi Aset Luar Negeri & Kontrak Baru "Untuk penjualan sampai akhir tahun ini ada peningkatan sekitar US$ 5 juta di kuartal ke empat, sekitar Rp 17 miliar," katanya dalam Public Exspose virtual, Senin (16/12). Adapun terkait anggaran belanja modal atau capex (capital expenditure) sepanjang tahun ini, dirinya tidak menyebutkan nominal. Namun ia mengakui bahwa pihaknya masih kesulitan dalam mengelola arus kas hingga akhir tahun ini. "Untuk capex penyerapan tahun ini cukup minim karena cashflow kami juga struggling, jadi penganggaran capex kecil sekali," tambahnya. Asal tahu saja, pada periode kuartal III-2024 semua penjualan ZINC berorientasi ekspor dengan persentase penjualan seng sebesar 46,26% dan timbal 46,09%. Jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, yang masih terdapat porsi penjualan untuk dalam negeri yang menyumbang Rp 45,1 miliar kepada pendapatan kuartal III-2023. Dari segi bottom line, Kapuas Prima Coal mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 91,25 miliar dibandingkan dengan kuartal III-2023 yang mencatatkan laba sebesar Rp 7 miliar. Baca Juga: Izin Ekspor Tembaga Freeport dan Amman Diperpanjang hingga Akhir 2024 Perkembangan Produksi dan Pembangunan Smelter Perbaikan kinerja keuangan belum juga terlihat meskipun ZINC telah menggelontorkan dana cukup besar untuk proyek hilirisasi timbal dan seng mereka. Untuk smelter timbal, ZINC telah mengeluarkan dana sebesar US$ 15 juta. Sedangkan untuk smelter seng, perseroan telah mengeluarkan dana sebesar US$ 68 juta. Menurutnya smelter timbal mereka sudah 100% selesai, namun jika melihat hasil keluaran smelter yang berbentuk bullion, dalam catatan Kontan, produk ini masih 100% dieskpor oleh perseoran. "Sudah 100% selesai (smelter timbal). Dengan investasi yang sudah ditanamkan US$ 15 juta. Smelter pertama dan satu-satunya di Indonesia," katanya. Untuk diketahui, smelter timbal milik perseoran ini menggunakan teknologi pirometalurgi dengan kapasitas 40.000 ton konsentrat timbal dengan kapasitas keluaran 20.000 bullion. Sedangkan untuk smelter seng, ZINC tercatat sudah beberapa kali merevisi target penyelesaian. Awalnya smelter ini diprediksi rampung pada Juni 2023. Namun, akibat pandemi Covid-19 target penyelesaian mundur ke kuartal III-2024. Lalu, dari yang tadinya ditargetkan selesai pada tahun ini harus mundur lagi penyelesaiannya pada akhir tahun 2025. "Smelter seng mengalami sedikit terlambatan karena kendala masalah Covid-19, yang target 2024, akan mundur paling cepat di akhir tahun 2025," katanya. Adapun, jika berproduksi, smelter seng ini memiliki kapasitas masukan 81,546 konsentrat seng dengan kapasitas keluaran 30.000 ton Ingot. Sampai dengan September 2024 pembangunan fisiknya sudah mencapai 93,004%. Adapun, dirinya bilang saat ini perseroan masih berharap pada beroperasi kedua smelter untuk memperbaiki kinerja keuangan termasuk perbaikan harga saham. "Masalah harga saham ZINC ini merupakan concern kami. Tapi disini kami juga melihat berpotensi untuk pembangunan smelter kami, baik program pemerintah kita dukung, terutama smelter ZINC kalau smelter Pb (timbal)-nya memang sudah 100% dan kita siap untuk beroperasi," tutupnya.