Kapuas Prima Coal (ZINC) menargetkan pertumbuhan laba bersih 108% tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) berharap bakal membukukan peningkatan kinerja sepanjang tahun 2019 ini.

Direktur Keuangan Kapuas Prima Coal Hendra Susanto William mengungkapkan bahwa tahun ini pihaknya menargetkan pertumbuhan laba bersih 108% menjadi sebesar Rp 210 miliar dari perkiraan tahun 2018. "Hal ini sejalan dengan target pendapatan kami yang diharapkan naik 85% secara tahunan menjadi Rp 1,4 triliun," kata Hendra kepada kontan.co.id, Kamis (28/2).

Sementara untuk kinerja 2018 lalu, ia bilang pihaknya memperkirakan pendapatan bisa tumbuh 73,1% secara tahunan menjadi Rp 754,6 miliar. Lalu untuk laba bersih diperkirakan naik 140% secara tahunan menjadi Rp 106 miliar dari akhir 2017. Untuk total aset diperkirakan naik 90% secara tahunan menjadi Rp 1,35 triliun pada akhir 2018.


"Performa yang baik ini ditunjang oleh demand dan harga komoditas yang membaik. Strategi ekspor ke China memberikan keuntungan tersendiri bagi ZINC terutama soal efek dari pelemahan rupiah terhadap dollar AS," tutur dia.

Hendra juga bilang pihaknya memasang target kinerja signifikan di tahun 2019 ini lantaran smelter timbal (Pb) milik PT Kapuas Prima Citra sudah mulai beroperasi di tahun ini. "Saat ini progresnya sudah mencapai 99,28%, yang diproyeksikan sudah bisa dilakukan test commissioning pada akhir Semester I tahun 2019," papar dia.

Hendra juga menyebutkan, smelter timbal ini diharapkan bisa memproses sekitar 36.000 ton-40.000 ton konsentrat per tahun yang menghasilkan sekitar 20.000 ton timbal bullion per tahun. Adapun, nilai investasi dari smelter timbal ini mencapai sekitar US$ 12 juta.

Sementara itu, untuk smelter seng (Zn), Hendra mengatakan bahwa saat ini progresnya mencapai 26,21%. "Targetnya pada akhir tahun ini sudah bisa di atas 50% sehingga bisa rampung di 2020," ungkap Hendra.

ZINC merencanakan, smelter seng ini bisa memproses sekitar 55.000 ton-60.000 ton konsentrat dalam setahun yang ditargetkan mampu menghasilkan seng bullion hingga 30.000 ton. Nilai investasi dari smelter ini mencapai sekitar US$ 30 juta.

Catatan KONTAN, pada tahun ini, target produksi konsentrat seng milik ZINC sebesar 36.000 ton, sedangkan untuk timbal sekitar 24.000 ton konsentrat. Sementara pada tahun 2018 lalu, ZINC memproduksi 40.147 ton konsentrat seng dan 18.958 ton konsentrat timbal, meningkat dibanding produksi pada tahun 2017 yang sebesar 28.237 ton konsentrat seng dan 13.491 ton untuk konsentrat timbal.

Hendra juga menyinggung soal proses eksplorasi menyeluruh untuk lahan tambahan seluas 1.129,25 hektare (ha) pada 2018 lalu yang akan dimulai pada Maret tahun ini. "Diharapkan cadangan timbal dan biji besi kami bisa bertambah. Lalu perkiraan pelaporan cadangan mineral akan dilakukan pada akhir Desember 2019," imbuhnya.

Pada tahun 2018 lalu, sesuai laporan KCMI, sumber daya naik 108% secara year on year (yoy) menjadi Rp 14,4 juta. Sementara cadangan naik 41,3% secara yoy menjadi 6,5 juta ton. Lalu untuk Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) yang sebelumnya seluas 390 hektare (ha) dan karena ada penambahan seluas 1.129,25 ha, maka luasnya naik menjadi 1.519,25 ha.

Selain itu, lanjut Hendra, dampak dari menurunnya persediaan seng (Zn) di London Metal Exchange (LME) dan Shanghai Futures Exchange (SHFE) akan menjadi katalis bagi kenaikan harga komoditass sehingga akan turut memberikan keuntungan bagi bisnis ZINC di tahun ini. "Kemudian membaiknya harga precious metal perak dan meningkatnya volume produksi merupakan dampak dari beroperasi penuh floatation plant kedua," pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati