Karena permintaan China tinggi, harga jagung dan kedelai belum gurih



JAKARTA. Penghujung tahun sudah di depan mata, namun pembelian beberapa komoditas pangan seperti jagung dan kedelai oleh beberapa negara belum juga berhenti. Sementara itu, pasokan dunia terus menipis akibat penurunan produksi. Alhasil harga komoditas seperti kedelai dan jagung semakin meroket.Kekhawatiran akan adanya cuaca ekstrim yang berkepanjangan dan mengganggu produktifitas beberapa komoditas seperti kedelai dan jagung membuat negara pengkonsumsi kedua makanan ini terus menimbun stok komoditasnya. Alih-alih menurun, harga biji-bijian ini justru terus mendaki.Berdasarkan data Bloomberg harga kedelai untuk pengiriman Januari 2011 di Chicago Board of Trade (CBOT) pada Jum'at (19/11) lalu ada di level 12,4350 sen dolar per bushel. Sementara harga jagung di CBOT untuk pengiriman Desember 2010 ada di harga 5,4150 sen dolar per bushel.Kenaikan harga kedelai dan jagung ini dipicu oleh permintaan biji-bijian dari China. Data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) seperti dikutip Bloomberg akhir pekan lalu menyatakan China diperkirakan akan mengimpor sekitar 57 juta ton kedelai pada tahun pemasaran yang dimulai pada 1 September lalu. Jumlah ini naik 13% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Bulan November saja, impor kedelai China mencapai 5,2 juta ton, atau naik 39% ketimbang bulan sebelumnya.Tahun ini, China juga akan mengimpor sekitar 6 juta ton - 8 juta ton jagung dari Argentina untuk pengiriman tahun 2011 nanti. Akibatnya, permintaan biji-bijian dari Amerika Serikat juga akan meningkat. Analis Macquaery, Alex Bos seperti dikutip Bloomberg Kamis (18/11) mengatakan kabar ini bisa mengangkat (harga biji-bijian) karena akan meningkatkan ekspor jagung Amerika Serikat. "Ini juga mengkonfirmasi perkiraan kami bahwa pemerintah China akan membuat stok jagung minimal dan suplai biji-bijian lainnya mengalami defisit pada musim mendatang," ujarnya.Ketua Dewan Kedelai Benny Kusbini menjelaskan, meski menjelang akhir tahun, China terus berburu komoditas. Ini mengakibatkan harga komoditas terus naik. "China saat ini sedang mengalami kelebihan likuiditas sehingga mereka membeli komoditas sebagai stok," ujarnya kepada KONTAN akhir pekan lalu.Kebutuhan kedelai China memang cukup besar, sekitar 54 juta ton per tahun, Jumlah ini terus bertambah setiap tahunnya. Sehingga, "Ke depan China akan terus melakukan pembelian komoditas termasuk kedelai," jelas Benny.Benny memprediksi harga kedelai dunia masih bisa menembus rekor baru setelah memecahkan rekor tertingginya di level 13,39 sen dolar per bushel (11/11) lalu. Akibat kenaikan harga kedelai dunia ini, harga kedelai di dalam negeri pun terkerek naik. Maklum saja, hampir 90% kebutuhan kedelai kita masih diimpor.Meski begitu, Benny bilang saat ini harga kedelai lokal masih di bawah harga ideal. "Dengan harga kedelai dunia yang sudah cukup tinggi, harga kedelai lokal harusnya sekitar Rp 6.500 - Rp 7.500 per kg," ungkap Benny. Namun, saat ini harga kedelai lokal masih di kisaran Rp 5.000 kg.Sebenarnya, kata Benny perubahan iklim yang terjadi saat ini bisa dijadikan kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan produktifitas kedelai. Ia menambahkan, dampak dari perubahan cuaca akan berlangsung lama, sehingga "Sudah saatnya Indonesia memikirkan untuk swasembada kedelai dengan perluasan areal lahan," jelas Benny. Untuk itu, dibutuhkan koordinasi dari kementerian yang terkait.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: