Karet Turun, Margin GJTL melar



JAKARTA. PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) mendapat untung karena harga karet dunia terus menurun dalam setahun terakhir. GJTL pun diuntungkan dari penurunan ongkos produksi sehingga margin kotor bisa naik. Hanya saja, ada risiko penurunan penjualan akibat inflasi dan melemahnya pasar ban ekspor.

Analis Danareksa Sekuritas, Joko Sogie berujar, pelemahan harga karet dunia berpeluang berlanjut pada 2013. Kondisi Eropa yang belum membaik serta pertumbuhan China dan India yang melambat menjadi faktor utama.

Asumsi Joko, rata-rata harga karet dunia akan di bawah US$ 3 per kilogram (kg) dengan asumsi tidak ada kenaikan dari tahun lalu. Joko bilang, berdasarkan harga karet internasional di Bangkok RSS3, harga karet turun 20% year to date menjadi US$ 2,4 per kg.


Analis Trimegah Securities, Frederick Daniel Tanggela bilang, kontribusi karet yaitu karet alam dan karet sintetik mencapai 60% dari total biaya produksi GJTL. Tak heran, margin laba kotor GJTL langsung melonjak ketika harga karet menurun.

Joko menambahkan, ketika harga karet naik 5% maka, margin kotor GJTL akan tergerus 220 basis poin (bps).

Imbas pelemahan harga karet terlihat pada kuartal I-2013. Laba bersih GJTL naik 35,5% yoy. Menurut Joko, harga karet alam berkontribusi 35%-40% dari biaya bahan baku GJTL. Sedangkan, harga karet sintetis menyumbang 25% dari biaya bahan baku.

Tapi, kata analis Bahana Securities, Stifanus Sulistyo, GJTL harus menghadapi rencana kenaikan harga BBM bersubisidi. Ini tentu dapat menurunkan pembelian otomotif. Jika pasar domestik lesu, GJTL cukup menderita. Sebab, pangsa pasar domestik cukup besar, mencapai 50% dari total penjualan GJTL.

Sialnya, pasar ekspor GJTL sedang lesu. Sejauh pengamatan Joko, ekspor GJTL turun di kuartal I-2013. Tapi, ia menilai GJTL masih punya prospek baik. Sebab, sebagian besar pasar ban GJTL untuk replacement market (penggantian ban). "Di samping itu, GJTL bisa mengambil kesempatan melalui penjualan ban ke produk otomotif murah dan ramah lingkungan yang rencananya meluncur September 2013," kata dia.

Joko menghitung, pendapatan GJTL tahun ini naik 8,1% dari Rp 12,57 triliun menjadi Rp 13,59 triliun. Sementara, laba bersih naik 25,7% dari Rp 1,12 triliun menjadi Rp 1,42 triliun. Stifanus memperkirakan, pendapatan GJTL naik 9,9% menjadi Rp 14,1 triliun, dengan laba bersih naik 36% menjadi Rp 1,5 triliun.

Frederick dan Joko menyarankan beli saham GJTL. Joko menargetkan di Rp 3.650 mencerminkan PER 10,5 kali. Frederick menargetkan di Rp 4.200 dengan PER 11,1 kali.

Adapun, Stifanus merekomendasikan hold di Rp 2.400. Kemarin, harga GJTL naik 0,78% ke Rp 3.250.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana