Kartu kredit biang revisi kinerja Bukopin



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajemen PT Bank Bukopin Tbk akhirnya buka suara soal heboh revisi laporan keuangan tahun 2016 yang signifikan. Dalam lawatannya ke kantor KONTAN, kemarin (2/5), manajemen Bukopin menjelaskan bahwa perubahan angka di laporan keuangan 2016 dipicu pencatatan tak wajar dari pendapatan bisnis kartu kredit.

Direktur Bank Bukopin Rivan A. Purwanto menjelaskan, ketidakwajaran tersebut pertama kali ditemukan manajemen pada Juli 2017 silam ketika melakukan review bisnis untuk membuat target bisnis ke depan.

Hitung-hitungan data penerimaan pendapatan dari kartu kredit yang tercatat di sistem Bank Bukopin tidak masuk dengan jumlah kartu kredit eksisting dan jumlah nasabah pemilik kartu kredit.


Setelah ditelisik lebih jauh ketidakwajaran itu terjadi dalam lima tahun terakhir sejak 2016. Selama kurun waktu itu, Bank Bukopin tetap tercatat memperoleh keuntungan dari bisnis kartu kredit meski status kreditnya macet.

"Di salah satu parameter itu masih menghasilkan laba, padahal macet, tapi dari sistem lancar," kata Rivan, Rabu (2/5).

Bukopin mengaku langsung melaporkan kepada kantor akuntan publik (KAP) dan juga ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal temuan ini. Bank Bukopin lantas memutuskan melakukan penyampaian ulang laporan keuangan 2016 pada laporan keuangan tahun 2017 yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), pekan lalu.

Memang, bila dicermati pendapatan provisi dan komisi yang terbesar di Bank Bukopin salah satunya bersumber dari pendapatan kartu kredit. Pendapatan ini turun dari sebesar Rp 1,06 triliun menjadi cuma Rp 317,88 miliar dalam laporan keuangan tahun 2016 yang direvisi.

Direktur Keuangan Bukopin Adhi Brahmantya menambahkan, untuk menutupi kerugian dari ketidakwajaran tersebut, modal Bank Bukopin menjadi tergerus.

Pada laporan keuangan 2016 sebelum revisi, rasio kecukupan modal (CAR) bank ini tercatat 15,03%. Paca revisi, CAR turun menjadi 11,62% dan pada akhir 2017 kian menurun menjadi 10,52%. Baru pada kuartal I 2018, CAR Bukopin naik menjadi 11,09%.

Cari modal

Agar dapat memperbaiki kinerja pasca kasus ini, bank ini akan melakukan sejumlah langkah untuk menambah modal. Antara lain, dengan menerbitkan saham baru (rights issue) senilai Rp 2 triliun pada Juni 2018.

Sudah ada empat pihak yang tertarik menyerap right issue ini yakni Kookmin Bank asal Korea Selatan, CVC Capital Partners, TPG Capital dan PT Bank Negara Indonesia (BNI).Namun Achmad Baiquni, Direktur Utama BNI mengatakan, dengan ada penyampaian ulang (restatement) laporan keuangan Bank Bukopin tahun 2016, maka butuh waktu pendalaman lebih lama lagi bagi BNI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia