Kartu Prakerja Banjir Pujian dari Bank Dunia, Ini Alasannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program Kartu Prakerja yang dijalankan pemerintah mendapat pujian dari Bank Dunia. Melansir laman infopublik.id, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen menilai, Kartu Prakerja merupakan hal yang sangat inovatif yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.

Menurutnya, Kartu Prakerja merupakan kebijakan pasar tenaga kerja aktif dan program bantuan sosial. Dan Indonesia merupakan negara yang pertama kali mengimplementasikan mekanisme pembayaran Government to Person (G2P) yang berorientasi pada penerima. 

"Itu merupakan hal yang sangat inovatif," ujarnya dalam webinar "Kartu Prakerja: Indonesia’s Digital Transformation and Financial Inclusion Breakthrough", Rabu (15/6/2022). 


Ada tiga alasan yang diungkapkan Kahkonen terkait dengan kelebihan program Kartu Prakerja yang inovatif. Pertama, Kartu Prakerja menawarkan berbagai pilihan bank dan e-wallet demi kemudahan akses oleh penerima.

Kedua, sebagian besar penerima Kartu Prakerja dengan segera mencairkan bantuan sosial menjadi uang tunai setelah mereka menerimanya. Hal itu menandakan kebutuhan untuk menyediakan lebih banyak pilihan dan mendorong penggunaan platform pembayaran digital.

Baca Juga: Bulan Ini Cair! Cek Daftar Bansos yang Disiapkan Pemerintah

"Ketiga, adanya ruang untuk meningkatkan inklusi finansial dengan menyediakan program literasi keuangan untuk para peserta program bantuan sosial," paparnya.

Wakil Ketua II Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Aldi Haryopratomo, menyoroti bahwa apa yang dilakukan sistem Kartu Prakerja sebenarnya memungkinkan untuk menjadi sarana kolaborasi dari seluruh industri dalam membidik target inklusi keuangan yang sulit, yaitu rumah tangga yang berpendapatan rendah.

“Menurut hasil studi Bank Dunia, 44% dari jumlah penerima Kartu Prakerja termasuk dalam 40% rumah tangga termiskin. Ini memberikan landasan nyata bagi pemain e-money dan perusahaan teknologi keuangan lain untuk tumbuh, dan mengadopsi serta menargetkan pengguna berpendapatan rendah ini,” jelas Aldi.

Pada kesempatan yang sama, Director of Information and Communications Technology and Disaster Risk Reduction Division, UN ESCAP, Tiziana Bonapace,  mengucapkan selamat atas terobosan yang telah dicapai oleh program ini.

“Dengan menjangkau lebih dari 11 juta penerima, program ini merupakan bukti konkrit pemerataan ‘on the ground’ yang ditawarkan oleh digitalisasi,” pungkasnya.

Baca Juga: Airlangga Klaim Program Kartu Prakerja Kisah Sukses Transformasi Pelayanan Publik

Penelitian tentang Kartu Prakerja

Di sisi lain, sepanjang triwulan terakhir 2021, Bank Dunia dan Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) melakukan sebuah kajian untuk mempelajari implementasi bantuan sosial tanggap darurat Covid-19.

Hasil penting dari penelitian ini antara lain:

1. 9 dari 10 Responden telah menyelesaikan program Kartu Prakerja yang dimulai dari penerimaan hingga pemberian insentif pascapelatihan. Di antara mereka yang terpilih ke dalam program, 95,7% telah membeli pelatihan pertama dalam kurun waktu 30 hari.

2. Sekitar 96,1% dari keseluruhan jumlah penerima Kartu Prakerja merasa puas dengan pelatihan pertama mereka.

3. Kajian ini juga menemukan bahwa 76,6% penerima manfaat lebih memilih menggunakan rekening uang elektronik untuk menerima insentif pasca pelatihan, sementara selebihnya memilih rekening bank.

4. Mayoritas responden menggunakan insentif untuk membeli makanan dan/atau untuk modal kerja. Setelah insentif mencapai rekening pilihan, 69% penerima mencairkan seluruh insentif mereka, sementara 31% lainnya mencairkan hanya sebagian atau tidak mencairkannya sama sekali.

5. Hampir 90% penerima manfaat menganggap bahwa Kartu Prakerja telah menyediakan cukup pilihan Penyedia Jasa Pembayaran (PJP).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie