Siapa sangka sebuah usaha yang awalnya coba-coba dan dirintis dari rumah dapat berkembang besar hingga merambah mancanegara. Inilah yang dialami Desak Ketut Manis, pemilik usaha Indarti Silver di Gianyar, Bali. Aneka produk kerajinan peraknya telah terjual ke negara-negara di Asia, Amerika hingga Eropa. Desak Ketut Manis awalnya tak mengerti bagaimana membuat kerajinan perak. Wanita kelahiran Gianyar, 64 tahun silam ini mulai mengenal kerajinan perak setelah menikah dengan sang suami yang berasal dari desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Kala itu, Desa Celuk memang sudah dikenal sebagai penghasil kerajinan emas dan perak yang terkenal di Bali. "Sekitar 1980-an saya mulai mencoba-coba belajar karena rata-rata lingkungan di kawasan sini hidup dengan perak," ujar Desak mengawali kisahnya. Sang suami pun mendukung keinginannya itu. Awalnya, ia belajar kerajinan perak dari saudara-saudara suaminya. Setelah menguasai keterampilan membuat perak, ia memberanikan diri terjun di usaha ini. Dengan modal awal Rp 3 juta, ia pun memulai bisnisnya dari rumah. Uang Rp 3 juta itu dipakainya buat membeli peralatan produksi kerajinan perak. "Dulu pembuatan perak masih banyak pakai alat manual," terang Desak. Sementara, untuk bahan baku perak, ia meminjam dulu dari salah satu penjual. Desak memulai usaha ini dengan bahan baku perak seberat 100 gram. Perak itu kemudian diolahnya menjadi aneka perhiasan ukuran kecil, seperti anting dan cincin masing-masing seberat 0,5 gram.Ada juga yang dibuatnya menjadi gelang seberat 1 gram. Dengan membuat perhiasan kecil-kecil, ia pun memiliki cukup banyak produk untuk ditawarkan. Lantaran belum memiliki pelanggan, ia lalu menawarkan produk kerajinannya itu ke toko-toko perhiasan di Bali. "Ada perak sedikit, saya jual ke toko-toko di Pasar Badung, Denpasar," ujar Desak. Dari situlah, ia kemudian kerap menerima orderan baru. Tak hanya pemilik toko, para turis pun mulai menyukai kerajinan tangan miliknya. "Sebelum tahun 1990 sudah ada tamu dari Argentina yang menjadi konsumen saya," ujarnya. Setiap memesan, buyer dari Argentina itu selalu membayar di muka sehingga Desak tidak kesulitan modal. Dari situlah, namanya kemudian dikenal oleh berbagai pembeli maupun pengusaha perak di berbagai negara. "Orang Argentina itu membawa temannya ke sini, lalu tersebar dan saya banyak pelanggan asing," ujarnya.Indarti Silver kini rutin menjual kerajinan perak ke mancanegara, mulai dari Asia, Amerika dan Eropa. Bahkan, ia mengaku, mayoritas konsumennya kini dari luar negeri. "Sampai sekarang ada pelanggan dari Brazil rutin pesan minimal Rp 100 juta sekali order," terang Desak. Desak membanderol harga jual produknya mulai Rp 50.000 untuk perhiasan kecil hingga Rp 3,5 juta untuk pajangan besar. Kini, Desak memiliki enam karyawan, 10 pengrajin tetap dan 15 perngrajin tidak tetap. Setiap bulan, ia bisa meraup omzet Rp 175 juta dari usaha ini. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Karya Desak terkenal sampai mancanegara (1)
Siapa sangka sebuah usaha yang awalnya coba-coba dan dirintis dari rumah dapat berkembang besar hingga merambah mancanegara. Inilah yang dialami Desak Ketut Manis, pemilik usaha Indarti Silver di Gianyar, Bali. Aneka produk kerajinan peraknya telah terjual ke negara-negara di Asia, Amerika hingga Eropa. Desak Ketut Manis awalnya tak mengerti bagaimana membuat kerajinan perak. Wanita kelahiran Gianyar, 64 tahun silam ini mulai mengenal kerajinan perak setelah menikah dengan sang suami yang berasal dari desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Kala itu, Desa Celuk memang sudah dikenal sebagai penghasil kerajinan emas dan perak yang terkenal di Bali. "Sekitar 1980-an saya mulai mencoba-coba belajar karena rata-rata lingkungan di kawasan sini hidup dengan perak," ujar Desak mengawali kisahnya. Sang suami pun mendukung keinginannya itu. Awalnya, ia belajar kerajinan perak dari saudara-saudara suaminya. Setelah menguasai keterampilan membuat perak, ia memberanikan diri terjun di usaha ini. Dengan modal awal Rp 3 juta, ia pun memulai bisnisnya dari rumah. Uang Rp 3 juta itu dipakainya buat membeli peralatan produksi kerajinan perak. "Dulu pembuatan perak masih banyak pakai alat manual," terang Desak. Sementara, untuk bahan baku perak, ia meminjam dulu dari salah satu penjual. Desak memulai usaha ini dengan bahan baku perak seberat 100 gram. Perak itu kemudian diolahnya menjadi aneka perhiasan ukuran kecil, seperti anting dan cincin masing-masing seberat 0,5 gram.Ada juga yang dibuatnya menjadi gelang seberat 1 gram. Dengan membuat perhiasan kecil-kecil, ia pun memiliki cukup banyak produk untuk ditawarkan. Lantaran belum memiliki pelanggan, ia lalu menawarkan produk kerajinannya itu ke toko-toko perhiasan di Bali. "Ada perak sedikit, saya jual ke toko-toko di Pasar Badung, Denpasar," ujar Desak. Dari situlah, ia kemudian kerap menerima orderan baru. Tak hanya pemilik toko, para turis pun mulai menyukai kerajinan tangan miliknya. "Sebelum tahun 1990 sudah ada tamu dari Argentina yang menjadi konsumen saya," ujarnya. Setiap memesan, buyer dari Argentina itu selalu membayar di muka sehingga Desak tidak kesulitan modal. Dari situlah, namanya kemudian dikenal oleh berbagai pembeli maupun pengusaha perak di berbagai negara. "Orang Argentina itu membawa temannya ke sini, lalu tersebar dan saya banyak pelanggan asing," ujarnya.Indarti Silver kini rutin menjual kerajinan perak ke mancanegara, mulai dari Asia, Amerika dan Eropa. Bahkan, ia mengaku, mayoritas konsumennya kini dari luar negeri. "Sampai sekarang ada pelanggan dari Brazil rutin pesan minimal Rp 100 juta sekali order," terang Desak. Desak membanderol harga jual produknya mulai Rp 50.000 untuk perhiasan kecil hingga Rp 3,5 juta untuk pajangan besar. Kini, Desak memiliki enam karyawan, 10 pengrajin tetap dan 15 perngrajin tidak tetap. Setiap bulan, ia bisa meraup omzet Rp 175 juta dari usaha ini. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News