JAKARTA. Menjelang habis masa kerjasama pengolahan (tolling agreement) antara PT Transpacific Petrochemical Indotama (TPPI) dan Pertamina pada 20 Mei nanti, Serikat Pekerja TPPI mendesak pemerintah segera mengambil alih aset-aset dan pengelolaan TPPI. Sebab, langkah ini lebih banyak manfaatnya. Ketua Serikat Pekerja Trans Pacific Indotama Suharyadi mengatakan, pihaknya meminta pemerintah segera melakukan langkah penyelamatan aset TPPI agar piutang negara baik lewat Menteri Keuangan, Pertamina, SKK Migas yang berjumlah US$ 1,8 miliar bisa diselamatkan. "Jika aset ini tidak diselamatkan, dan dikelola, uang itu akan hangus dan TPPI akan dipailitkan. Kilang juga akan rusak karena tidak dioperasikan," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (29/4). Selain mengembalikan piutang negara, menurut Suharyadi, kilang TPPI ini sangat berpotensi mendukung ketahanan energi negara. Selain bisa mengolah kondensat dan minyak mentah menjadi aromatik, kilang TPPI juga mampu memproduksi premium 88 atau mogas 88 dengan kapasitas terpasang hingga 1,5 juta barel per bulan, liquefied petroleum gas (LPG) sebanyak 160.000 ton per tahun, minyak tanah 979.255 ton per tahun, solar sebanyak 276.708 ton per tahun, dan residu sebanyak 55.543 ton per tahun.
Karyawan minta pemerintah ambil TPPI
JAKARTA. Menjelang habis masa kerjasama pengolahan (tolling agreement) antara PT Transpacific Petrochemical Indotama (TPPI) dan Pertamina pada 20 Mei nanti, Serikat Pekerja TPPI mendesak pemerintah segera mengambil alih aset-aset dan pengelolaan TPPI. Sebab, langkah ini lebih banyak manfaatnya. Ketua Serikat Pekerja Trans Pacific Indotama Suharyadi mengatakan, pihaknya meminta pemerintah segera melakukan langkah penyelamatan aset TPPI agar piutang negara baik lewat Menteri Keuangan, Pertamina, SKK Migas yang berjumlah US$ 1,8 miliar bisa diselamatkan. "Jika aset ini tidak diselamatkan, dan dikelola, uang itu akan hangus dan TPPI akan dipailitkan. Kilang juga akan rusak karena tidak dioperasikan," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (29/4). Selain mengembalikan piutang negara, menurut Suharyadi, kilang TPPI ini sangat berpotensi mendukung ketahanan energi negara. Selain bisa mengolah kondensat dan minyak mentah menjadi aromatik, kilang TPPI juga mampu memproduksi premium 88 atau mogas 88 dengan kapasitas terpasang hingga 1,5 juta barel per bulan, liquefied petroleum gas (LPG) sebanyak 160.000 ton per tahun, minyak tanah 979.255 ton per tahun, solar sebanyak 276.708 ton per tahun, dan residu sebanyak 55.543 ton per tahun.