KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina mempunyai tugas berat dalam membangun proyek Kilang secara bersamaan. Salah satu penyebabnya, kas dan setara kas BUMN ini hingga Juni 2017 hanya sebesar US$ 4,3 miliar. Sementara proyek kilang yang akan dimodernisasi atau dibangun membutuhkan dana sekitar US$ 15 miliar dengan catatan saham Pertamina mencapai 50% atau 51%. Akibat pendanaan yang sangat besar itu, PT Pertamina tidak bisa menjalankan proyek itu secara bersamaan, tetapi memundurkan satu atau dua tahun agar risiko keuangan perseroan ini tidak terlalu berat. Pasalnya antara 60%-70% pendanaan untuk proyek kilang berasal dari pinjaman. Arif Budiman, Direktur Keuangan PT Pertamina, pernah mengatakan, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan bisa menelan biaya kurang lebih sekitar US$ 4,6 miliar. Menurut rencana pendanaan proyek tersebut dilakukan secara project financing dengan struktur perbandingan equity dan debt adalah 25:75. Maka jika begitu, pinjaman mencapai US$ 3,45 miliar. "Kami mengharapkan berasal dari export credit agency (ECA) dan perbankan internasional yang secara indikatif awal mendukung proyek ini," ungkap Arif, kepada KONTAN, Selasa (31/10).
Kas Pertamina tak cukup bangun enam kilang
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina mempunyai tugas berat dalam membangun proyek Kilang secara bersamaan. Salah satu penyebabnya, kas dan setara kas BUMN ini hingga Juni 2017 hanya sebesar US$ 4,3 miliar. Sementara proyek kilang yang akan dimodernisasi atau dibangun membutuhkan dana sekitar US$ 15 miliar dengan catatan saham Pertamina mencapai 50% atau 51%. Akibat pendanaan yang sangat besar itu, PT Pertamina tidak bisa menjalankan proyek itu secara bersamaan, tetapi memundurkan satu atau dua tahun agar risiko keuangan perseroan ini tidak terlalu berat. Pasalnya antara 60%-70% pendanaan untuk proyek kilang berasal dari pinjaman. Arif Budiman, Direktur Keuangan PT Pertamina, pernah mengatakan, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan bisa menelan biaya kurang lebih sekitar US$ 4,6 miliar. Menurut rencana pendanaan proyek tersebut dilakukan secara project financing dengan struktur perbandingan equity dan debt adalah 25:75. Maka jika begitu, pinjaman mencapai US$ 3,45 miliar. "Kami mengharapkan berasal dari export credit agency (ECA) dan perbankan internasional yang secara indikatif awal mendukung proyek ini," ungkap Arif, kepada KONTAN, Selasa (31/10).