KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah kasus corona di Indonesia terus bertambah bahkan kini menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara menggeser Filipina. Total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 357.762 kasus per Sabtu (17/10). Jumlah itu bertambah 4.301 kasus dibanding hari sebelumnya. Jumlah kasus corona yang masih tinggi ini berpotensi menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Mengutip data dari Worldometers, Indonesia menjadi negara dengan total kasus corona tertinggi se-Asia Tenggara. Bahkan, melebihi Filipina yang tercatat 354.338 kasus. Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengamati, pertumbuhan kasus corona di Indonesia maupun di global berpotensi menekan pergerakan IHSG hingga akhir Oktober 2020 ini.
Baca Juga: IHSG berpotensi menguat pekan depan, simak sentimen pendorongnya Secara global, penambahan kasus corona di beberapa wilayah Eropa dan Amerika bisa memperlambat aktivitas ekonomi. Apalagi pembatasan wilayah atau
lockdown kembali diterapkan di beberapa wilayah di Eropa untuk mencegah penambahan pasien corona. Kendati
lockdown yang diterapkan tidak seketat saat gelombang pertama corona, Hans Kwee berpendapat hal itu tetap berdampak terhadap kondisi ekonominya. Sentimen pemberat lainnya adalah pengembangan vaksin corona yang memerlukan waktu lebih lama daripada ekspektasi. Ini berkaca dari regulator Amerika Serikat menghentikan uji coba tahap akhir ACTIV-3 yang merupakan pengobatan untuk pembentukan antibodi virus corona Penundaan itu dilakukan dengan alasan keamanan. Sebelumnya, Johnson & Johnson juga mengumumkan menghentikan sementara uji coba tahap akhir kandidat vaksin virus corona. Penghentian itu dilakukan karena ada laporan timbulnya efek samping yang belum bisa dijelaskan secara medis. Menurut Hans Kwee, sentimen-sentimen negatif itu akan mendominasi bursa hingga akhir Oktober 2020. Padahal, bursa sebenarnya memiliki sentimen positif seperti pengesahan RUU Omnibus Law Cipta Kerja, komitmen pemerintah Indonesia mengupayakan vaksininasi di bulan November, serta laporan keuangan emiten kuartal III 2020. Terkait laporan keuangan kuartal III 2020, Hans Kwee memperkirakan hasilnya akan lebih baik dibanding kuartal sebelumnya. Perbaikan ini ditopang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang sempat memasuki masa transisi di beberapa minggu peratama semester II 2020. " Laporan keuangan cenderung bagus, tetapi memang tidak ada kejutan yang berarti," ujar Hans Kwee ketika dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (17/10). Kendati laporan keuangan berpotensi meningkat, hal itu belum bisa menjadi sentimen positif bagi pergerakan IHSG. Lebih lanjut ia menjelaskan, secara umum data-data ekonomi Indonesia juga mulai mulai membaik. Hanya saja, penanganan pandemi ini yang memang menjadi sentimen pemberat IHSG yang utama.
Baca Juga: Intips saham-saham yang banyak ditadah asing saat IHSG memerah Jumat (16/10) Sementara itu, analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr mengatakan, IHSG masih memiliki peluang menguat hingga akhir Oktober 2020. Walaupun kasus corona terus bertambah, perkembangan vaksin corona dan perbaikan data-data makro ekonomi negara-negara Asia dan global akan mengerek IHSG. Selain itu, rilis laporan keuangan emiten di kuartal III 2020 bisa menjadi sentimen pendorong lainnya. "Jika dibanding tahun lalu, kemungkinannya memang lebih buruk. Akan tetapi, pasar ingin melihat perbaikan kinerja emiten kuartal III 2020 dibanding kuartal II 2020," jelas Zamzami ketika dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (17/10). Ia pun memperkirakan IHSG cenderung bergerak menguat dengan level resistance di 5.180 hingga 5.250. Sementara level support-nya berada di 5.070 hingga 5.000.
Di tengah risiko dan ketidakpastian pasar sejauh ini, Zamzami tetap menyarankan investor untuk cicil beli saham secara perlahan. Menurutnya, berkurangnya volatilitas dan outflow investor asing membuat saham masih menarik. Ia pun merekomendasikan investor mengamati saham di sektor perbankan, farmasi, dan barang konsumen. Sektor-sektor itu disarankan karena beriringan dengan tema pemulihan IHSG yakni vaksin dan perbaikan ekonomi secara bertahap. Selain itu, saham-saham
cyclical seperti sektor agrikultur dapat menjadi pertimbangan seiring dengan permintaan musiman yang meningkat di akhir tahun. Sektor properti juga boleh dicermati dengan adanya pembukaan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat