KONTAN.CO.ID - Jakarta. Kasus Covid-19 per 30 Januari 2022 di Indonesia kembali meledak. Covid-19 Omicron diperkirakan menjadi salah satu pendorong terjadinya serangan Covid-19 gelombang ketiga di Indonesia. Simak gejala Covid-19 Omicron dan cara mencegahnya. Satgas Covid-19 mencatat ada tambahan 12.422 kasus baru corona di Indonesia pada 30 Januari 2022. Sehingga total menjadi 4.343.185 kasus Covid-19 di Indonesia per 30 Januari 2022. Sementara itu, jumlah yang sembuh dari kasus Covid-19 di Indonesia per 30 Januari 2022 bertambah 3.241 orang sehingga menjadi sebanyak 4.137.164 orang.
Sedangkan jumlah orang yang meninggal akibat Covid-19 di Indonesia per 30 Januari 2022 bertambah 18 orang menjadi sebanyak 144.303 orang. Jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia per 30 Januari 2022 mencapai 61.718 kasus, bertambah 9.153 kasus dibanding sehari sebelumnya. Dilansir dari website Kementerian Kesehatan, lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia adalah imbas virus varian Omicron. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat mengetahui gejala atau ciri-ciri Covid-19 varian Omicron agar bisa melakukan pencegahan. Covid-19 Omicron memicu gejala ringan seperti flu biasa, batuk, dan demam dengan tingkat penularan yang cepat. ''Nanti kita akan melihat dalam waktu yang singkat kenaikan jumlah kasus yang cukup tinggi,'' katanya dalam konferensi secara virtual, Kamis (27/1).
Baca Juga: Vaksin Booster Utamakan Pakai AstraZeneca, Cek Efek Samping dan Efikasinya Gejala selanjutnya dari Covid-19 varian omicron adalah tingkat perawatan di rumah sakit lebih rendah, begitupun tingkat keparahannya juga lebih rendah. Sehingga pasien Covid-19 Omicron yang masuk ke rumah sakit lebih sedikit daripada pasien yang melaksanakan isolasi mandiri (Isoman). Strategi pemerintah dalam menghadapi gelombang Omicron ini sedikit berbeda dengan menghadapi gelombang Delta. Gelombang Delta memiliki tingkat keparahan tinggi sehingga pemerintah harus mempersiapkan rumah sakit dengan banyak tempat tidur. Sedangkan Omicron ini yang tinggi adalah penularannya tapi keparahannya rendah. ''Sebagian besar kasus Omicron adalah OTG atau asimtomatik atau gejala sakitnya ringan. Jadi hanya gejala pilek, batuk, atau demam yang sebenarnya bisa sembuh tanpa perlu dibawa ke rumah sakit,'' ucap Menkes Budi. Pemerintah menyiapkan tempat tidur perawatan di rumah sakit sebanyak 70.641. Kapasitas tempat tidur secara nasional berjumlah 120 ribu hingga 130 ribu. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tetap waspada dan hati-hati. Yang paling penting selalu pakai masker, hindari kerumunan karena penularan akan semakin tinggi. Kalau bisa kerja di rumah, di rumah saja, tidak usah pergi kemana-mana karena risiko tertularnya sedang tinggi. Tapi kalau pun tertular tidak usah panik yang penting disiplin isolasi sendiri dan minum vitamin, jika ada gejala ringan minum obat. ''Yang perlu ke rumah sakit kalau ada Lansia atau komorbidnya banyak, itu ke rumah sakit. Dan cepat-cepatlah divaksin untuk memperkuat daya tahan tubuh dalam menghadapi varian baru,'' tuturnya. Cara mencegah infeksi Covid-19 Omicron Dilansir dari Kompas.com, salah satu cara mencegah infeksi Covid-19 Omicron adalah menahan amarah atau tidak emosi. Selain itu, untuk mencegah Covid-19 Omicron masyarakat juga harus menjalankan protokol kesehatan dan mendapatkan vaksin Booster. Emosi-emosi negatif dinyatakan bisa melemahkan sistem imun dan merisikokan tubuh terpapar Covid-19 termasuk varian terbarunya, Omicron. Kaitan antara emosi dan sistem imun ini sudah diteliti oleh para ilmuwan. Melansir dari Medical News Today, paparan kronis dari stres, anxiety dan mood negatif sangat bisa mempengaruhi kesehatan fisik. Selain itu, ilmuwan juga menyatakan bahwa stres yang berlarut-larut juga bisa menurunkan kinerja otak, menurunkan daya ingat. Penelitian yang dilakukan oleh Pennsylvania State University menyatakan bahwa mood atau emosi negatif sangat bisa melemahkan sistem imun, menurunkan kinerja sistem imun dalam melawan berbagai infeksi virus. Penelitian yang dipimpin oleh Jennifer Graham Engeland, assosiate profesor di Pennsylvania State University ini sudah diterbitkan di jurnal Brain, Behavior, and Immunity. Stres meningkatkan risiko inflamasi Dalam penelitian yang dilakukan oleh Graham Engeland tersebut, para ilmuwan mengumpukan data dari para partisipan. Mengamati emosi mereka, mencatat level stres yang ada, dan kondisi mental secara keseluruhan. Ilustrasi peneliti meneliti sampel darah partisipan untuk melihat gejala inflamasi akibat paparan emosi negatif. Ilmuwan juga mengumpulkan respon imun dari masing-masing partisipan dengan mengambil sampel darah, untuk dilihat ada tidaknya gejala inflamasi. Inflamasi sendiri adalah reaksi kekebalan alami yang dimiliki tubuh untuk melawan berbagai serangan penyakit atau mikroorganisme yang bersifat jahat. Tingkat inflamasi yang tinggi, sangat terkait dengan kualitas kesehatan tubuh yang buruk dan kondisi kronis seperti arthritis. Nah dalam penelitian tersebut, Engeland menemukan bahwa partisipan yang sering mengalami mood negatif, memiliki tingkat inflamasi yang tinggi di dalam darah mereka. Ketika pengamatan darah dilakukan selepas seorang partisipan mengalami emosi buruk seperti sedih dan kecewa, ilmuwan menemukan bahwa level inflamasi dalam darah partisipan tersebut langsung naik dengan pesat. Emosi-emosi yang bisa melemahkan sistem imun Mengutip dari New Scientist, Richard Davidson dari Universitas Wisconsin Amerika Serikat menyatakan bahwa emosi memegang peranan penting dalam meregulasi sistem tubuh yang mengatur kesehatan sistem metabolisme secara keseluruhan. Lantas emosi apa saja yang bisa melemahkan sistem imun ini? Emosi yang bisa melemahkan sistem imun adalah emosi-emosi yang dikategorikan sebagai emosi negatif. Melansir dari Psyblog, emosi negatif seperti sedih dan marah adalah emosi yang sangat bisa meningkatkan inflamasi dan menurunkan sistem imun. Orang yang lebih tenang dan ceria dalam menghadapi hidup, terbukti memiliki tingkat inflamasi lebih rendah dan lebih stabil.
Selain sedih dan marah, adu argumen sengit yang sering dilakukan dengan teman kantor atau anggota keluarga juga bisa menaikkan inflamasi. Begitu pula kekhawatiran berlebihan mengenai kondisi keuangan atau kondisi kesehatan. Itulah gejala dan cara mencegah penularan Covid-19 Omicron. Mari patuhi protokol kesehatan dan mendapatkan vaksin booster serta jangan mudah emosi agar tidak mudah terkena Covid-19 Omicron.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto