Kasus Covid-19 melonjak, harga minyak Brent gagal bertahan di atas US$ 50 per barel



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Harga minyak mentah melemah pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Sentimen yang menyeret harga minyak datang karena kekhawatiran permintaan terkait pembatasan bisnis akibat virus korona di New York yang membayangi kemajuan rencana program vaksinasi.

Jumat (11/12), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Februari 2021 ditutup melemah 28 sen atau 0,6% menjadi US$ 49,97 per barel. Padahal, Brent sempat melejit di atas US$ 51 per barel pada perdagangan Kamis (10/12), level tertinggi sejak awal Maret 2020.

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Januari 2021 ditutup di US$ 46,57 per barel, turun 21 sen, atau 0,5%. Di sesi sebelumnya, harga WTI naik hampir 3%. 


"Pembatasan di New York membebani harga," kata Bob Yawger, Director of Energy Futures Mizuho di New York. Pada hari Kamis, investor telah menempatkan taruhan panjang karena Brent mencapai US$ 50 per barel. 

Baca Juga: Reli harga minyak berlanjut berkat rencana vaksinasi sejumlah negara di pekan depan

"Saat mendekati penutupan, komunitas spekulan enggan pulang dengan posisi net long," ujar dia. 

Tekanan bagi minyak bertambah saat Gubernur Andrew Cuomo memerintahkan restoran di Kota New York untuk menangguhkan makan di dalam ruangan mulai Senin (14/12). Ini dilakukan di tengah peningkatan kasus Covid-19.

Di sisi lain, untuk minggu ini harga minyak masih menguat. Dengan Brent naik 1,5% dan WTI menanjak kurang dari 1% atau hanya naik 0,7% dalam seminggu terakhir. Iini jadi kenaikan minggu keenam berturut-turut, untuk pertama kalinya sejak Juni.

Uji coba vaksin Covid-19 yang menjanjikan telah membantu mengangkat beberapa kesuraman atas rekor peningkatan jumlah infeksi dan kematian virus corona di seluruh dunia. Gubernur Cuomo pun menyuarakan optimisme, mengatakan dia memperkirakan 170.000 dosis vaksin Pfizer akan tersedia di New York pada pekan depan. 

Inggris, yang menjadi negara pertama yang menggelar vaksinasi Covid-19 telah memulai pada minggu lalu. AS pun dapat memulai vaksinasi paling cepat Senin (14/12). Hal yang sama juga akan dilakukan Kanada, setelah menyetujui vaksin pertamanya pada tengah pekan lalu. 

Penasihat luar untuk Badan Pengawas Obat dan Makanan AS telah memilih untuk mendukung penggunaan darurat vaksin Pfizer. Ini membuka jalan bagi badan tersebut untuk mengizinkan penggunaannya di negara bagian mana pun untuk menghadang penyebaran Covid-19 yang telah menewaskan lebih dari 285.000 orang.

"Optimisme vaksin ... tampaknya terus berlanjut karena persetujuan back-to-back yang diperoleh vaksin dan peluncuran kampanye pertama yang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya di pasar-pasar utama," jelas analis Rystad Energy Paola Rodriguez-Masiu. 

Baca Juga: Kenaikan harga batubara akan memudahkan Bumi Resources (BUMI) untuk bayar utang

Namun, lonjakan besar dalam stok minyak mentah AS di minggu lalu berfungsi sebagai pengingat bahwa masih ada banyak pasokan yang tersedia di pasar global. Tetapi itu semua diabaikan karena harga minyak tetap bullish di pasar pada pekan lalu. 

Sinyal lain dari pasokan yang melimpah datang karena perusahaan energi AS menambahkan rig minyak dan gas alam terbanyak dalam seminggu sejak Januari karena produsen terus kembali ke wellpad.

"Peluncuran program vaksinasi yang telah lama ditunggu-tunggu memberikan umpan bullish yang cukup dalam menghadapi meningkatnya persediaan minyak AS," kata pialang PVM, Stephen Brennock.

Penurunan saham dunia karena pasar menghadapi risiko Brexit tanpa kesepakatan. Ini juga menjadi penghambat penguatan harga minyak dalam jangka pendek. 

Seperti diketahui, pada Jumat, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan kesepakatan tidak mungkin tercapai.

Selanjutnya: Harga emas spot naik tipis di pekan lalu berkat optimisme pasar terhadap stimulus AS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari