KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus baru corona di Indonesia belum mereda, bahkan tambahan kasus baru melesat tinggi. Jadi, tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan agar terhindar dari penularan virus corona. Melansir data Satgas Covid-19, hingga Kamis (17/6) ada tambahan 12.624 kasus baru yang terinfeksi corona di Indonesia. Sehingga total menjadi 1.950.276 kasus positif Corona. Melihat hal tersebut, Wakil Ketua Komisi IX DPR, Charles Honoris menilai, PPKM Mikro yang diberlakukan sekarang jelas tidak cukup merespons kedaruratan penularan Covid-19 saat ini. Apalagi dengan jumlah tes dan lacak yang minim di beberapa daerah, PPKM Mikro menjadi tidak efektif.
"Kondisi yang terjadi saat ini bukan hanya mengkhawatirkan, tapi sudah mengerikan. Perlu tindakan cepat dari Pemerintah Pusat untuk segera membatasi kegiatan sosial masyarakat secara besar (PSBB), tidak lagi parsial," ujar Charles dalam keterangan tertulisnya, Jumat (18/6). Charles menilai, tanda-tanda fasilitas kesehatan (faskes) kolaps semakin terlihat seperti antrean pasien mengular masuk RS, ada pula yang ditolak karena RS penuh. Menurutnya, ada yang meninggal dunia dalam perjalanan karena tidak kunjung mendapat RS rujukan. Di sisi lain, para tenaga kesehatan keteteran karena lonjakan pasien yang tak terkira.
Baca Juga: Lebih Waspada Menghadapi Lonjakan Covid-19 Ia menyebut, angka keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) fasilitas kesehatan (faskes) di hampir seluruh provinsi di Pulau Jawa sudah di atas batas WHO 60%. Bahkan, di DKI Jakarta, BOR nyaris menyentuh angka 80%. "Kalau Covid-19 saat ini diibaratkan tsunami, PSBB ini seperti pemecah gelombang di lautan, sehingga gelombang yang sampai di daratan tidak begitu besar. Tanpa pemecah gelombang itu, saya takut para tenaga kesehatan dan masyarakat di daratan akan ikut tersapu," ucap Charles. Sementara itu, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah Untuk penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyatakan, kenaikan kasus Covid-19 pasca Idul Fitri 2021 naik lebih tinggi yaitu 112,22%, sedangkan kenaikan kasus pada 2020 yaitu 93,11%. Kenaikan yang signifikan di tahun ini dikarenakan pada minggu ke-4 pasca lebaran kenaikan kasusnya sangat signifikan jika dibandingkan dengan minggu-minggu sebelumnya. Lima provinsi dengan kenaikan yang signifikan pasca Idul Fitri adalah Jawa tengah naik 281,59%, DKI Jakarta naik 2,63,26%, Yogyakarta naik 172,03%, Jawa Timur naik 102,74%, dan Jawa Barat naik 58,75%.
“Meski angka tersebut lebih tinggi dibandingkan 2020, namun kenaikan kasus Covid-19 2021 terjadi dalam rentang waktu yang singkat, sehingga persentasenya menjadi naik dibandingkan tahun lalu,” ujar Wiku dalam update perkembangan Covid-19 di Indonesia, Kamis (17/6). Wiku menyebut, meskipun sudah diadakan periode dilarang mudik sebelum dan setelah Idul Fitri, namun mobilitas penduduk keluar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bekasi (Jabodetabek) sebelum Idul Fitri, serta mobilitas penduduk masuk setelah Idul Fitri ke Jabodetabek tetap naik signifikan. “Hal inilah yang menjadi alasan kenaikan angka Covid-19 menjadi tinggi pada tahun 2021 dibandingkan tahun 2020, selain itu mobilitas pusat perbelanjaan dan tempat wisata menjadi meningkat pada libur Lebaran kemarin,” tutur Wiku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi