Kasus DBD Melonjak, Kemenkes dan Takeda Imbau Tindakan Pencegahan



MOMSMONEY.ID - Penyakit demam berdarah masih menjadi masalah kesehatan tertinggi dan menimbulkan kematian cukup banyak di dunia maupun di Indonesia.

Dalam catatan WHO, Indonesia mengalami lonjakan kasus demam berdarah dimana terdapat 88.593 kasus terkonfirmasi dan 621 kematian pada periode 30 April 2024. Angka ini sekitar tiga kali lipat lebih tinggi dari periode yang sama di 2023.

Agus Handito, Tim Kerja Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, mengatakan, hingga minggu ke-42 2024, Indonesia mencatat terdapat 203.921 kasus dengue di 482 kabupaten/kota di 36 provinsi dengan 1.210 kematian di 258 kabupaten/kota di 32 provinsi.


"Angka tersebut lebih tinggi dari akumulasi kasus sepanjang tahun 2023 yaitu 114.720 kasus terkonfirmasi dengue dengan jumlah 894 kematian," kata Agus di talk show bertajuk Lindungi Keluarga Anda dari Ancaman Dengue: #Ayo3MPlusVaksinDBD di Jakarta, Sabtu (9/11).

Keterlambatan penanganan, kata Agus, menjadi penyebab kasus demam berdarah di Indonesia terus meningkat. Untuk menghadapi tantangan ini, Agus bilang perlu berbagai upaya yang dilakukan baik masyarakat dan pemerintah. Seperti penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan.

Selain itu, peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue, penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta manajemen KLB yang responsif, peningkatan pelibatan masyarakat yang berkesinambungan, penguatan komitmen pemerintah, kebijakan manajemen program.

Lalu, kemitraan dan yang tidak kalah penting, pengembangan kajian, intervensi, inovasi, dan riset sebagai dasar kebijakan dan manajemen program berbasis bukti, seperti melalui program nyamuk ber-Wolbachia dan vaksinasi.

Baca Juga: Kemenkes Keluarkan SE Antisipasi DBD, Kenali Ciri-Ciri Demam Berdarah Sebelum Telat

"Kami juga mendorong gerakan satu rumah satu jumantik," sebut Agus Handito.

Disamping itu, Mariani, Kader Jumantik dari Matraman, Jakarta Timur, membagikan pengalaman dalam menanggulangi dengue di daerahnya. Menurut Ria, serangkaian kegiatan PSN telah dilakukan secara berkelanjutan.

"Dari Kader Jumantik sendiri, kami secara konsisten melakukan monitoring di daerah Matraman. Memastikan bahwa, tidak hanya lingkungan kami bersih, tetapi juga bebas dari jentik nyamuk," ucapnya.

"Kami percaya bahwa sebuah daerah hanya akan bebas dari dengue, apabila seluruh elemen masyarakat di dalamnya saling bersinergi," imbuh dia.

Bukan hanya gerakan satu rumah satu jumantik, Soedjatmiko, Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2004–2024, menyebutkan, vaksinasi juga bisa mencegah anak dan orang dewasa terkena demam berdarah.

Kata Soedjatmiko, penyakit demam berdarah bisa menyerang siapapun baik anak-anak maupun dewasa. Hanya saja, sekitar 50% kasus kematian akibat dengue terdapat pada kelompok anak sekolah usia 5-14 tahun.

Anak-anak rentan terkena penyakit DBD, diakui Soedjatmiko, karena untuk usia anak dibawah 15 tahun kekebalan tubuhnya belum cukup melawan infeksi demam berdarah.

Baca Juga: Musim Pancaroba, Kenali Penyakit Musiman dan Cara Mencegahnya

Di samping itu, bukan hanya saat malam atau saat hujan saja, anak-anak bisa terkena gigitan nyamuk di sekolah saat bermain atau kumpul dengan teman-temannya. Karena itu, masyarakat bersama pemerintah perlu mencegah agar jumlah anak yang terserang virus dengue ini menjadi banyak.

Caranya, dengan vaksin demam berdarah yang mampu melindungi kekebalan tubuh. Sejauh ini, Soedjatmiko bilang, vaksin dengue yang ada saat ini sudah mendapat izin BPOM dan dapat diberikan kepada kelompok usia 6 sampai 45 tahun.

Vaksin ini mampu melindungi seseorang 4 jenis virus dengue dimana anak dan dewasa yang pernah terjangkit salah satu jenis virus dengue masih dapat terjangkit jenis lainnya.

"Karena itu, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi vaksinasi dan mencapai perlindungan yang optimal," jelasnya.

Dia menambahkan, solusi terjangkit demam berdarah juga bisa dilakukan dengan memberantas sarang nyamuk secara berkala di semua rumah, sekolah, toko, pasar, perkantoran, ditambah dengan memelihara tanaman pengusir nyamuk dan ikan pemakan jentik.

Serta, pengasapan (fogging) untuk mematikan nyamuk dewasa, dan dilakukan secara berkelanjutan.

“Keluarga juga perlu lebih waspada dalam mencegah gigitan nyamuk melalui 3M Plus, termasuk menggunakan lotion pengusir nyamuk, obat nyamuk, pakaian lengan panjang, celana panjang dan kelambu,” ujar Soedjatmiko.

Baca Juga: Begini Cara Mengenal Gejala DBD dan Pencegahannya

Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, mengatkan, untuk menghadapi tantangan dengue, Takeda fokus serta berkolaborasi dengan pemerintah, komunitas medis, sekolah, perusahaan, dan masyarakat untuk menciptakan pendekatan komprehensif dalam pencegahan dengue.

Termasuk, aktif sebagai salah satu pendiri Koalisi Bersama (Kobar) Lawan Dengue.

"Kami juga mendukung kampanye masyarakat #Ayo3MPlusVaksinDBD, yang bertujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan terhadap penyakit ini," sebut dia.

Andreas mendorong setiap individu untuk mengedukasi diri sendiri dan orang lain tentang risiko dengue.

Tindakan sederhana seperti mengontrol populasi nyamuk dengan metode 3M Plus, serta memanfaatkan inovasi pencegahan seperti vaksinasi, adalah langkah-langkah yang sangat penting, yang bisa kita lakukan sendiri.

Vaksinasi dengue telah direkomendasikan oleh Asosiasi Kedokteran di Indonesia, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa, dan ini merupakan bagian dari strategi perlindungan yang lebih luas.

"Kami berkomitmen mendukung tujuan Kementerian Kesehatan dalam mencapai Nol Kematian Akibat Dengue pada tahun 2030," katanya.

"Bersama, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat bagi keluarga dan masyarakat di seluruh Indonesia. Setiap langkah yang kita ambil hari ini adalah investasi untuk masa depan yang lebih baik," imbuh dia.

Selanjutnya: One Piece Gyojin Tou Hen Sub Indo Nonton di Mana? Ini Daftar Tempat Streaming Resmi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Jane Aprilyani