KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) memberikan klarifikasi mengenai sirup obat anak yang terkontaminasi Dietilen Glikol (DEG) dan Etilen Glikol (EG) di Gambia, Afrika. Dua zat ini diduga menjadi penyebab terjadinya gagal ginjal akut pada anak-anak balita di negara tersebut. Di Indonesia sendiri hingga kemarin sudah terjadi kasus gagal ginjal akut pada balita sebanyak 192 kasus, dari 20 provinsi sejak awal tahun ini.
Hanya saja belum ada data spesifik apa penyebab kasus gagal ginjal akut pada balita ini, apakah karena mengkonsumsi obat tertentu atau sebab lain. BPOM melalui pengumuman akhir pekan lalu (15/10) menyatakan, sirup obat untuk anak yang disebutkan dalam informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdiri dari empat:
Baca Juga: IDAI: Kasus Gangugan Ginjal Akut Mencapai 192 di Temukan di 20 Provinsi - Pertama, Promethazine Oral Solution,
- Kedua, Kofexmalin Baby Cough Syrup,
- Ketiga, Makoff Baby Cough Syrup,
- Keempat Magrip N Cold Syrup.
Keempat produk tersebut diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals Limited, asal India. BPOM menyatakan telah melakukan pengawasan secara komprehensif pre- dan post-market terhadap produk obat yang beredar di Indonesia. Berdasarkan penelusuran BPOM, keempat produk yang ditarik di Gambia tersebut tidak terdaftar di Indonesia dan hingga saat ini produk dari produsen Maiden Pharmaceutical Ltd, India tidak ada yang terdaftar sebagai produsen obat di BPOM yang boleh menjual produk mereka di Indonesia. Untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat, BPOM telah menetapkan persyaratan pada saat registrasi bahwa semua produk obat sirup untuk anak maupun dewasa.
Baca Juga: DEG dan EG, Zat yang Dilarang Digunakan oleh BPOM untuk Produk Obat Sirup Dalam pernyataanya BPOM menegaskan bagi produsen obat-obatan di Indonesia terutama obat untuk anak tidak diperbolehkan menggunakan dua zat ini. Pertama zat dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG). Dua zat ini biasanya dipergunakan oleh produsen obat sebagai bahan campuran untuk obat sirup. Meskipiun demikian, sebagai langkah kehati-hatian, BPOM saat ini sedang menelusuri kemungkinan kandungan DEG dan EG sebagai cemaran pada bahan lain yang digunakan sebagai zat pelarut tambahan. BPOM terus melakukan langkah langkah pengawasan intensif terhadap obat-obat terkait dan akan segera menyampaikan hasilnya kepada masyarakat. BPOM hingga saat ini juga tidak memberikan klarifikasi apakah ada obat sirup di Indonesia yang terbukti berbahaya dan menyebabkan kasus gagal ginjal akut pada balita seperti yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Selain itu BPOM mengimbau masyarakat agar lebih waspada, menggunakan produk obat yang terdaftar di BPOM yang diperoleh dari sumber resmi, dan selalu ingat Cek KLIK (Cek Kemasan, Label, Izin Edar, dan Kedaluwarsa) sebelum membeli. Sebelumnya Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) seperti dikutip
Kompas.com (18/10) melaporkan, terdapat 192 kasus gangguan ginjal akut misterius atau gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak-anak hingga Selasa (18/10/2022). Ketua Pengurus Pusat IDAI, Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, kasus-kasus itu ditemukan di 20 provinsi di Indonesia, termasuk DKI Jakarta, Jawa Barat, hingga Aceh. Namun, Piprim mengklarifikasi, banyaknya penderita gangguan ginjal akut misterius ini bukan berarti karena adanya lonjakan kasus. Melainkan data dari cabang IDAI di beberapa provinsi yang baru diterima belakangan. "Yang sudah terkumpul di kami adalah 192 kasus, dari 20 provinsi," kata Piprim dalam konferensi pers secara daring, Selasa (18/10/2022). Piprim menjelaskan, data tersebut merupakan data kumulatif sejak Januari 2022.
Baca Juga: Kemenkes Terbitan Tata Laksana Penanganan Gagal Ginjal Akut pada Anak Perinciannya, 2 kasus di Januari, 2 kasus di bulan Maret, 6 kasus pada bulan Mei, 3 kasus pada Juni, 9 kasus di bulan Juli, 37 kasus di bulan Agustus, dan 81 kasus di bulan September. Sementara itu, penderita masih didominasi oleh bayi di bawah usia lima tahun (balita). "Jadi totalnya 192 (kasus). Tapi ini datanya dari anggota, jadi bukan
real time yang bisa kita ikuti secara saksama," ucap dia. Berdasarkan sebarannya, kasus gangguan ginjal akut (
acute kidney injury atau AKI) paling banyak tersebar di DKI Jakarta dengan total mencapai 50 kasus. Diikuti Jawa Barat sebanyak 24 kasus, Jawa Timur 24 kasus, Sumatra Barat 21 kasus, Aceh 18 kasus, dan Bali 17 kasus. Sedangkan provinsi lainnya berkisar antara 1-2 kasus. Sejauh ini kata Piprim, IDAI bersama Kemenkes masih mencari penyebab pasti dari penyakit ini.
Baca Juga: Kemenkes Terbitkan Tata Laksana Penanganan Gagal Ginjal Akut Pada Anak Dalam perjalanannya, ada beberapa dugaan yang muncul, seperti infeksi virus lain, keracunan (intoksikasi) etilen glikol, hingga Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem usai Covid-19. "Kalau MIS-C yang seperti biasa, kita pengalaman obat-obatannya. Tapi ada juga pasien yang enggak membaik (setelah pengobatan). Ada juga kecurigaan obat-obatan yang mengandung etilen glikol, ini sedang kita periksa," jelas Piprim. Sebagai informasi, gejala klinis yang ditemukan (prodromal) pada pasien gangguan ginjal akut misterius umumnya meliputi infeksi saluran cerna, demam, ISPA, batuk pilek, dan muntah. Lalu, tidak bisa buang air kecil atau air seni mengering (anuria), dan kurangnya kadar air seni (oliguria). Sebelumnya Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik, Medan, Sumatra Utara, telah merawat tujuh anak penderita ginjal akut misterius sejak Juli 2022. Usia pasien yang ditangani berusia 1 hingga 6 tahun. Pasien terakhir meninggal pada pukul 04.00 WIB, Selasa (18/10/2022). Pasien ini masuk pada Kamis (13/10/2022).
Baca Juga: 2 Zat yang Dilarang BPOM dalam Produk Obat Sirup, Imbas Penyakit Gagal Ginjal Akut "Yang dirawat tadi malam keburukan dan meninggal dunia tadi malam jam 04.00 WIB. Satu minggu tidak kencing, kemudian sudah sempat dialisis akut, sudah kita lakukan dialisis akut, sudah kami berikan obat-obatan, tadi malam dirawat di PICU dan mengalami keburukan, meninggal dunia," ujar Dokter Spesialis Anak Konsultan Nefrologi RSUP H Adam Malik, Rosmayanti Syafriani Siregar, kepada wartawan, Selasa (18/10/2022) seperti dikuti
Tribunnews.com. Sementara satu pasien lainnya berhasil sembuh dan kini telah dipulangkan. Pasien yang datang memiliki gejala awal yaitu tidak bisa buang air kecil atau air seni yang keluar sedikit. Sementara pada deteksi awal, penyakit ginjal akut ini terjadi pada anak yang awalnya tidak memiliki riwayat gangguan ginjal. Penyakit ginjal akut ini terjadi pada anak yang tidak ada riwayat ginjal sebelumnya ataupun ada kelainan ginjal. Artinya anak dalam keadaan sehat sebelumnya.
"Pasien datang disertai dengan gejala atau pun prodromal. Artinya gejala yang mendahului, bisa didahului adanya demam, diare, muntah, atau pun batuk pilek," jelasnya. Berdasarkan kasus yang sudah ditangani tersebut, penyakit ginjal akut ini sangat progresif, sehingga dari tujuh kasus yang ditangani, hanya satu yang berhasil sembuh. Dia menyebut saat ini belum ada penjelasan medis secara pasti penyebab dari penyakit ginjal akut tersebut. "Belum bisa dipastikan karena belum ada penelitian ke arah sana. Maksud saya belum ada hasil bahwa itu berhubungan dengan obat yang diberikan, yang jelas pasien ini gejala awalnya datang dengan tidak ada kencing atau kencing yang berkurang," ujar Rosmayanti. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Syamsul Azhar