KONTAN.CO.ID - Jakarta. Kasus penyakit Hepatitis akut misterius di Indonesia semakin banyak. Provinsi DKI Jakarta menjadi daerah dengan kasus temuan penyakit Hepatitis akut misterius paling banyak dibanding wilayah lain. Berikut ciri-ciri dan cara mencegah hepatitis akut misterius yang banyak menyerang anak-anak untuk deteksi dini. Menurut pemberitaan Kompas.com, DKI Jakarta menjadi daerah dengan temuan kasus Hepatitis akut misterius terbanyak hingga Sabtu (14/5/2022). Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan dari total kasus Hepatitis akut misterius yang berjumlah 18 suspek, dua pertiganya merupakan pasien dari DKI Jakarta. Sementara sisa pasien Hepatitis akut misterius, berasal dari Sumatera Barat, Jawa Timur, Bangka Belitung, dan Kalimantan Timur.
Jumlah kasus Hepatitis akut misterius Berikut sebaran rincian 18 kasus suspek hepatitis akut misterius di Indonesia:
- DKI Jakarta: 12 kasus Hepatitis akut misterius
- Sumatera Utara: 1 kasus Hepatitis akut misterius
- Sumatera Barat: 1 kasus Hepatitis akut misterius
- Jawa Barat: 1 kasus Hepatitis akut misterius
- Jawa Timur: 1 kasus Hepatitis akut misterius
- Kepulauan Bangka Belitung: 1 kasus Hepatitis akut misterius
- Kalimantan Timur: 1 kasus Hepatitis akut misterius
Semua suspek kasus Hepatitis akut misterius tersebut diketahui tidak menderita varian hepatitis A, B, C ataupun D.
Baca Juga: Bagaimana Perawatan dan Obat Hepatitis Akut Misterius pada Anak? Ini Panduannya Lantas mengapa kasus Hepatitis akut misterius paling banyak terjadi di DKI Jakarta? Menurut Nadia, tingginya kasus Hepatitis akut misterius di DKI Jakarta lantaran fasilitas kesehatan dan rumah sakit di daerah tersebut memiliki deteksi yang baik. “Daerah yang paling banyak dilaporkan itu adalah DKI Jakarta, itu mungkin karena DKI Jakarta yang paling baik deteksinya," terangnya dikutip dari Antara (13/5/2022). "Jadi kalau kita lihat, dia yang paling banyak (penemuan kasus hepatitis akutnya),” imbuhnya. Lebih lanjut, Nadia memastikan bahwa kasus Hepatitis akut misterius ini belum terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Hanya beberapa daerah yang mencatat adanya temuan kasus Hepatitis akut misterius tersebut. Kendati kasus Hepatitis akut misterius baru ditemukan di beberapa daerah, Nadia mengatakan bahwa saat ini ada peningkatan pelaporan sindrom kuning. Sindrom kuning merupakan kondisi ketika muncul semburat kekuningan dalam kulit, selaput lendir, dan bagian putih mata. Gejala ini biasanya terjadi pada penderita hepatitis dengan menunjukkan adanya gangguan di organ hati dan saluran empedu. "Memang belum semua daerah menemukan kasus gejala hepatitis akut berat, namun dari surveillance ada beberapa daerah yang mengalami peningkatan sindrom kuning," jelasnya. Peningkatan sindrom kuning ini sebaiknya perlu diwaspadai oleh orang tua. Sebab, Nadia mengimbau agar pasien dengan gejala sindrom kekuningan untuk segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Waspada Hepatitis akut misterius Kemenkes melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology). SE tersebut ditandatangani oleh Direktur Jenderal (Dirjen) P2P Maxi Rein Rondonuwu pada tanggal 27 April 2022. “Surat Edaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini penemuan kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya,” disebutkan dalam SE. Kemenkes meminta dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), laboratorium kesehatan masyarakat, dan rumah sakit antara alin untuk memantau dan melaporkan kasus sindrom penyakit kuning akut di Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), dengan gejala yang ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan urin berwarna gelap yang timbul secara mendadak dan memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat serta upaya pencegahannya melalui penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Kemenkes juga meminta pihak terkait untuk menginformasikan kepada masyarakat untuk segera mengunjungi fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) terdekat apabila mengalami sindrom penyakit kuning atau Hepatitis akut misterius dan membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor. Bagi Dinas Kesehatan, KKP, dan Rumah Sakit juga diminta segera memberikan notifikasi/laporan apabila terjadi peningkatan kasus Hepatitis akut misterius maupun menemukan kasus sesuai definisi operasional kepada Dirjen P2P melalui Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) melalui Telepon/WhatsApp 0877-7759-1097 atau surat elektroknik poskoklb@yahoo.com. Sementara itu, Juru Bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyampaikan bahwa Kemenkes telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua pekan terakhir setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia, serta belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022. “Kami lakukan penguatan surveilans melalui lintas program dan lintas sektor, agar dapat segera dilakukan tindakan apabila ditemukan kasus sindrom jaundice akut maupun yang memiliki ciri-ciri seperti gejala hepatitis,” ucap Nadia, dikutip dari laman resmi Kemenkes, Rabu (04/05/2022). Kewaspadaan tersebut meningkat setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta dengan dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya meninggal dunia, dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022. Ketiga pasien ini merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran. Nadia menegaskan, Kemenkes melakukan investigasi penyebab kejadian Hepatitis akut misterius ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut. ”Selama masa investigasi, kami mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” ujarnya. Nadia meminta, jika terdapat anak-anak yang memiliki ciri-ciri Hepatitis akut misterius seperti kuning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, penurunan kesadaran agar segera diperiksakan ke fasyankes terdekat. WHO pertama kali menerima laporan Hepatitis akut misterius pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai sepuluh kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah. Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai KLB oleh WHO, jumlah laporan terus bertambah. Tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.
Kisaran kasus Hepatitis akut misterius terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun. Tujuh belas anak di antaranya atau 10 persen memerlukan transplantasi hati dan satu kasus dilaporkan meninggal. Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah Hepatitis akut misterius dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (penyakit kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare, dan muntah-muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam. Penyebab dari penyakit Hepatitis akut misterius tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium di luar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut. Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus dil luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto