KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pendiri sekaligus CEO JD.com Inc, Richard Liu, telah kembali ke China. Perusahaan ecommerce raksasa di China mengabarkan hal itu pada hari Senin (3/9), beberapa hari setelah Liu ditangkap oleh polisi kota Minneapolis, Amerika Serikat, atas kecurigaan perilaku seksual kriminal. Sementara polisi mengatakan penyelidikan maish berlangsung, JD.com mengatakan bahwa tuduhan terhadap pria berusia 45 tahun itu tidak terbukti. Pengacara Liu yang berkantor di Minnesota, Earl Grey, mengatakan bahwa Liu menyangkal melakukan kesalahan dan dia berharap kliennya tidak dituntut. Dia juga mengeaskan bahwa Liu dibebaskan tanpa dakwaan atau jaminan, bahkan diizinkan untuk kembali ke China.
"Berdasarkan pengalaman kami dalam sistem peradilan pidana Minnesota, sangat tidak mungkin di masa depan akan diajukan terhadap klien kami," kata Gray dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email kepada Reuters. Sejauh ini Reuters belum bisa menghubungi Liu untuk komentar. "Kami tidak tahu apakah akan ada tuduhan atau tidak karena kami belum menyelesaikan penyelidikan," kata John Elder, juru bicara Departemen Kepolisian Minneapolis, kepada Reuters, Minggu. Dia menolak memberikan rincian penangkapan. Kasus ini mengundang perhatian serius bukan semata-mata lantaran Liu pebisnis China yang dituduh melakukan tindak pidana seksual, melainkan juga lantaran gara-gara kasus ini JD.com yang terdaftar di Nasdaq mungkin menghadapi kesulitan pengambilan keputusan karena struktur manajemennya yang tidak biasa. Perusahaan ini didukung oleh Walmart Inc, Google Alphabet Inc dan Tencent Holdings China. Nah, Peraturan internal JD.com mengharuskan Liu, pemegang hampir 80% hak suara, hadir di rapat dewan direksi untuk membuat keputusan, meskipun tidak jelas apakah dia harus hadir secara fisik atau dapat berpartisipasi dengan teleconference. "Saya tidak tahu ada perusahaan lain yang memiliki aturan serupa," kata Chris Leahy, pendiri perusahaan advisor Blackpeak sekaligus pakar tata kelola perusahaan. "Jika dewan direksi tidak kuorum tanpa Richard Liu, karena dia tidak dapat hadir, dan jika tidak ada ketentuan lain yang menawarkan jalan itu, perusahaan ini bisa menjadi tak terkendali," katanya. Terhadap kasus langka ini, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa konsulatnya di Chicago mengamati situasi dengan seksama. "Kami sedang mencari informasi dan verifikasi dari departemen AS yang relevan," kata juru bicara kementerian luar negeri Hua Chunying pada konferensi pers reguler Beijing pada hari Senin. Media sosial Tionghoa menaruh perhatian besar atas penangkapan itu. Sebuah thread yang memuat foto penangkapan polisi terhadap Liu mendapat peringkat sebagai topik yang paling banyak dibicarakan di platform Weibo China, pada Senin pagi, dibaca lebih dari 250 juta kali. JD.com, salah satu perusahaan kelas kakap teknologi China, bersaing dengan Alibaba Group dan Liu memiliki kekayaan bersih sebesar US$ 7,9 miliar, menurut Forbes. Perusahaan dengan nilai sekitar US$ 45 miliar ini telah mengalami penurunan 24% dari nilainya tahun ini di tengah kekhawatiran melemahnya momentum pertumbuhan. Perusahaan ini telah keluar masuk zona merah selama setahun terakhir dan bulan lalu melaporkan kerugian bersih kuartal kedua sebesar US$ 334,4 juta -hampir dua kali perkiraan pasar- mencerminkan peningkatan investasi.
Liu membangun JD.com dari awal. Pada tahun 1998 ia menghabiskan 12.000 yuan (US$ 1.760) dari tabungannya untuk menyewa ruang ritel seluas empat meter persegi di pusat teknologi Beijing Zhongguancun, mendirikan perusahaan yang akan menjadi JD.com. Ia juga dikenal karena pernikahannya dengan selebriti internet China Zhang Zetian. Zhang, dideskripsikan oleh media Tionghoa meraih ketenaran pada usia 24 semasam masih menjadi seorang mahasiswi pada tahun 2009, ketika sebuah foto dirinya tengah memegang secangkir teh susu menjadi viral. Media memberinya julukan "Sister Milk Tea". Dia bertemu Liu ketika belajar di Amerika Serikat dan menikahinya pada tahun 2015. Pada bulan Juli, pengadilan di Australia menolak upaya Liu memblokir penyebutan namanya dalam kaitannya dengan pengadilan kekerasan seksual di mana ia tidak dituduh melakukan kesalahan, menurut dokumen pengadilan. Kasus itu mencuat usai Liu telah menyelenggarakan pesta akhir 2015 di rumah mewahnya di Sydney. Salah seorang tamu menuduh tamu lain melakukan penyerangan seksual.
Editor: Hasbi Maulana