KONTAN.CO.ID - CHICAGO. Kementerian Pertanian Amerika Serikat (USDA) baru-baru ini mengonfirmasi kasus flu burung H5N1 pada seekor babi di sebuah peternakan kecil di Oregon. Ini menjadi kasus pertama di negara tersebut yang mendeteksi flu burung pada babi, yang dapat memicu kekhawatiran terkait kemungkinan transmisi silang virus antara manusia dan hewan. Meskipun USDA menegaskan bahwa kasus ini tidak membahayakan pasokan daging babi nasional dan risiko terhadap publik tetap rendah, deteksi ini tetap menjadi peringatan bagi industri peternakan.
Mengapa Babi Berisiko dalam Penyebaran Flu Burung?
Babi memiliki kemampuan unik untuk terinfeksi oleh virus dari unggas dan manusia secara bersamaan, yang memungkinkan terjadinya
reassortment atau pertukaran genetik antara virus. Proses ini berpotensi menciptakan varian baru yang lebih mudah menular antar manusia dan lebih berbahaya. Sebelumnya, babi juga telah menjadi sumber pandemi H1N1 pada 2009-2010 yang menyebar ke seluruh dunia.
Baca Juga: AS Suntik Dana US$176 Juta ke Moderna untuk Memproduksi Vaksin Flu Burung "Jika virus ini mulai menyebar antar babi, tentu akan meningkatkan risiko," kata Richard Webby, ahli virologi di St. Jude Children’s Research Hospital yang bekerja sama dengan WHO dalam penelitian flu pada hewan.
Langkah Pencegahan di Peternakan Oregon
USDA telah melakukan karantina terhadap peternakan tersebut, termasuk pemantauan terhadap hewan lain seperti domba dan kambing. Babi dan unggas di peternakan tersebut telah dimusnahkan untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut serta memungkinkan pengujian tambahan. Deteksi ini disebabkan oleh kontak dengan burung liar, bukan dari peternakan unggas atau sapi perah, menurut juru bicara USDA. Selain itu, USDA juga telah memperluas pemantauan flu burung dengan menerapkan pengujian susu curah secara nasional untuk mendeteksi potensi penyebaran virus lebih lanjut di peternakan sapi perah. Menteri Pertanian AS, Tom Vilsack, menjelaskan bahwa langkah ini diambil untuk memastikan pemahaman mendalam tentang lokasi penyebaran virus.
Dampak Terhadap Harga dan Industri Peternakan
Penemuan kasus flu burung pada babi ini juga menekan harga
lean hog futures di Chicago Mercantile Exchange. Meski babi yang terinfeksi bukan bagian dari rantai pasokan komersial, hal ini memicu kekhawatiran di kalangan pedagang dan peternak. USDA mengungkapkan bahwa babi dan unggas di peternakan tersebut berbagi sumber air, tempat tinggal, dan peralatan, yang dapat berpotensi menjadi jalur transmisi virus antar hewan. Marie Culhane, profesor di University of Minnesota yang meneliti virus flu pada babi, menyatakan bahwa peternak babi harus meningkatkan kewaspadaan dan persiapan menghadapi potensi wabah.
Baca Juga: Ilmuwan Melacak Penyebaran Flu Burung Semakin Mengkhawatirkan "Orang-orang perlu meningkatkan rencana untuk mengatasi jika hal ini terjadi pada kawanan lain," ujarnya.
Risiko dan Tantangan bagi Kesehatan Publik
Tahun ini, tercatat sebanyak 36 orang terinfeksi flu burung, dengan hampir seluruhnya adalah pekerja peternakan yang memiliki kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Sejak 2022, flu burung telah memusnahkan lebih dari 100 juta unggas dalam wabah terbesar sepanjang sejarah di Amerika Serikat, yang menunjukkan dampak masif dari penyebaran virus ini di kalangan hewan ternak.
Editor: Handoyo .