KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2021 kembali mencatat surplus, sebesar US$ 1,96 miliar. Surplus ini lebih kecil dari surplus pada bulan Desember 2020 yang sebesar US$ 1,96 miliar. Surplus neraca perdagangan pada Januari 2021 didorong nilai ekspor yang lebih besar daripada nilai impor. Terperinci, ekspor pada Januari 2021 tercatat US$ 15,3 miliar atau menurn 7,48% mom dari capaian pada bulan Desember 2020.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memandang, penurunan nilai ekspor pada bulan Januari 2021 tersebut disebabkan oleh peningkatan kasus harian Covid-19 dan juga adanya pembatasan aktivitas di negara tujuan ekspor utama Indonesia. “Banyak negara-negara yang kembali menerapkan lockdown, seiring dengan meningkatnya kasus harian Covid-19 dan adanya varian baru virus tersebut,” kata Faisal kepada Kontan.co.id, Senin (15/2). Kemudian, nilai impor pada bulan Januari 2021 tercatat US$ 13,34 miliar atau menurun 7,59% mom. Faisal melihat, penurunan impor ini disebabkan oleh menurunnya permintaan domestik seiring meningkatnya kasus Covid-19 dan adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Namun ke depannya, Faisal yakin tren surplus masih akan terjadi setidaknya hingga paruh pertama tahun ini. Ini didukung oleh kinerja ekspor yang masih akan solid, ditopang harga komoditas dan prospek perbaikan ekonomi global. Namun, pada paruh kedua tahun 2021, Faisal melihat impor bakal kembali meningkat seiring dengan perekonomian yang mulai membaik ditopang oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga dan aktivitas investasi. “Tingginya aktivitas investasi akan meningkatkan pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal,” tambah Faisal. Namun, peningkatan impor ini juga dengan asumsi pembatasan aktivitas sudah mulai direlaksasi, dengan catatan pandemi Covid-19 sudah mulai berkurang di Indonesia.
Kemudian, peningkatan impor nantinya juga akan dipengaruhi oleh angka impor vaksin, yang diprediksi bisa meningkat cukup signifikan di kuartal kedua tahun 2021. Lebih lanjut, seiring dengan potensi penurunan surplus neraca perdagangan, Faisal bilang ini akan berpengaruh ke melebarnya deficit neraca transaksi berjalan atau
current account deficit (CAD). Ia memprediksi, CAD akan berada di kisaran 1,88% PDB, dengan asumsi adanya progres pemulihan ekonomi akibat program vaksinasi dan program pemulihan ekonomi nasional (PEN), serta implementasi Undang-Undang Cipta Kerja yang membuat investasi semakin moncer. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli