Kata Sri Mulyani atas rekomendasi pajak dari IMF



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sepakat dengan reformasi perpajakan yang direkomendasikan International Monetary Fund (IMF). Sri Mulyani juga bilang, pemerintah pemerintah malah telah melaksanakan rekomendasi tersebut.

Dalam keterangan resminya hari ini, Rabu (15/11) usai melakukan kunjungan ke Indonesia, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi 5,1% dari proyeksi bulan lalu yang sebesar 5,2%. Namun IMF mempertahankan proyeksi ekonomi Indonesia tahun depan di angka 5,3%.

IMF melihat, ekonomi Indonesia masih diliputi risiko, termasuk risiko domestik. Yaitu, adanya kekurangan penerimaan pajak.


Oleh karena itu, IMF menilai, adanya kebutuhan penting untuk menerapkan strategi pendapatan jangka menengah yang berpusat pada reformasi kebijakan pajak dan administrasi perpajakan yang lebih baik untuk memperkuat lingkungan bisnis.

"IMF, OECD, World Bank, banyak memberikan bantuan dalam bentuk assessment mengenai perbaikan kita (Indonesia). Reformasi itu sudah kami diskusikan sebelumnya," kata Sri Mulyani di Kantor Pusat Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Rabu (15/11).

Ia menjelaskan, reformasi administrasi misalnya, telah dilakukan pemerintah melalui reformasi administrasi pada pungutan pajak pertambahan nilai (PPN) yang berujung pada perbaikan penerimaan. Di sisi lain, Sri Mulyani juga bilang bahwa pemerintah telah mengsinergikan Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai dalam mengejar penerimaan.

Hasilnya, "Dari target Rp 1,9 triliun, sekarang (realisasinya) sudah mencapai Rp 2,7 triliun. Saya katakan pada tim reformasi bahwa target Rp 1,9 triliun itu kekecilan," tambah Sri Mulyani.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa tidak ada perbedaan besar antara proyeksi kondisi ekonomi Indonesia dari IMF dengan pandangan pemerintah.

Hanya saja, IMF lebih optimistis terhadap konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PDB). IMF memperkirakan konsumsi rumah tangga tahun ini mencapai 5%.

Namun, IMF lebih hati-hati dalam memproyeksi investasi dan ekspor. Sementara pemerintah sendiri melihat kinerja investasi dan ekspor mengalami perbaikan, setelah di kuartal ketiga lalu tumbuh tinggi, masing-masing lebih dari 7% dan 17% YoY.

"Kami lihat ini tanda-tanda pemulihan dan kami jaga momentumnya," tandasnya. Sebelumnya, Sri Mulyani sendiri menyatakan bahwa ekonomi Indonesia tahun ini akan berada di kisaran 5,1%-5,17%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto