Katalis eksternal selimuti pelemahan rupiah



JAKARTA. Tingginya tekanan terhadap rupiah menyebabkan data inflasi yang relatif positif pun tidak mampu mengangkat mata uang Garuda. Pelaku pasar menanti langkah pemerintah untuk kembali memberikan kekuatan pada rupiah.

Di pasar spot, Senin (1/9) posisi rupiah terhadap USD merosot 0,22% ke level Rp 14. 098 dibanding hari sebelumnya. Serupa, di kurs tengah Bank Indonesia nilai rupiah terkikis 0,38% di level Rp 14.081.

Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan data inflasi Indonesia Agustus 2015 tercatat positif. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Senin (1/9), inflasi IHK Agustus 2015 yakni naik 0,39% (MoM) atau menjadi 7,18% (YoY).


Sedangkan inflasi inti tercatat naik 0,52% (MoM) atau menjadi 4,92% (YoY). Meningkat karena didorong oleh kenaikan biaya pendidikan dan makanan jadi. Meski naik namun ini sesuai dengan prediksi Bank Indonesia, apalagi BI masih optimis target inflasi plus minus 4% masih akan mampu tercapai di akhir tahun 2015.

“Tapi untuk mengangkat rupiah pasar sedang menanti paket kebijakan direncanakan pemerintah namun belum dirilis,” kata Agus.

Keadaan semakin tidak menguntungkan bagi rupiah setelah rilis data manufaktur China Senin (1/9) mencatatkan hasil merah. Selasa (1/9) data PMI Manufaktur China Agustus 2015 turun untuk pertama kali di bawah level 50 sejak Februari 2015 lalu yakni di level 49,7. Ini menyebabkan pelaku pasar pun semakin meninggalkan aset berisiko di Asia seperti rupiah.

"Katalis eksternal jauh lebih besar pengaruhnya dari data domestik yang masih belum positif signifikan," papar Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto