Katalis positif tak mengangkat kinerja Goodyear



JaKARTA. PT Goodyear Indonesia Tbk harus rela gigit jari karena kinerja keuangan di kuartal I-2014 tak menggembirakan. Laba tahun berjalan produsen ban merek Goodyear ini anjlok 83,49% menjadi US$ 392.842. Kinerja bottom line ini sebenarnya bisa tertebak sejak pencatatan penjualan bersih yang turun 21,49% menjadi US$ 40,64 juta.

Selain penyusutan penjualan bersih, kenaikan beban penjualan I-2014 -sebagai salah satu pengurang penjualan bersih- tak urung turut andil membikin kinerja loyo. Pos ini naik dari US$ 1,75 juta di kuartal I-2013 menjadi US$ US$ 1,99 juta.

Padahal perusahaan berkode GDYR di Bursa Efek Indonesia ini sebenarnya berpotensi terkena dampak positif atas dua hal. Pertama, pelemahan harga karet. Asal tahu saja, di periode year to date (ytd) hingga 15 Mei 2014, harga karet di pasar Tokyo Commodity Exchange, turun 28,16% menjadi ¥ 197,2 per kilogram (kg). Toh, perusahaan mengakui 100% bahan baku karet dipenuhi dari pasar dalam negeri. Jadi nyaris tak ada kendala dari sisi pasokan.


Kedua, tren penguatan dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah. Di periode ytd, nilai tukar dollar AS masih di atas Rp 11.200. Di sisi lain, porsi penjualan domestik dan ekspor Goodyear cukup seimbang, yakni US$ 24,26 juta berbanding US$ 16,38 juta. Alhasil, tak salah jika Goodyear berpotensi mengantongi pendapatan dollar AS menggiurkan dari penjualan ekspor dengan porsi besar tersebut.

Namun, kenyataan rupanya berkata lain. Perusahaan ini mengaku terganjal tiga musabab. Pertama, meski tren harga karet menurun tapi harga bahan baku lain tetap tinggi. "Ada bahan baku yang masih harus kami impor," ujar Marco Hermanus Vlasman, President Director Goodyear Indonesia, kepada KONTAN, Rabu (14/5).

Menurunkan harga

Sayang Marco tak merinci, bahan baku apa yang dimaksud. Termasuk, berapa persen kontribusi kebutuhan karet dalam proses produksi.

Kedua, penurunan harga jual. Tren pelemahan harga karet justru memicu Goodyear harus memangkas harga jual demi produknya tetap menarik di mata pasar.

Tak ayal, meski catatan volume penjualan ban di pasar domestik naik, tapi secara nilai justru turun. Goodyear merilis informasi, penjualan ban di kuartal I-2014 sebanyak 306.154 unit ban atau naik 15,5% dari periode yang sama tahun 2013. Bandingkan dengan catatan penjualan domestik yang justru turun dari US$ 26,12 juta di kuartal I-2013 menjadi US$ 24,26 juta.

Marco tak menyebut detail berapa berapa persen Goodyear menurunkan harga. Dia hanya bilang, saat ini harga jual berbagai jenis ban Good-year Rp 400.000 - Rp 2 juta per unit. "Dalam bisnis, banyak hal yang harus dipertimbangkan seperti keberlangsungan bisnis dan harga jual pasar untuk jangka panjang," ujar Marco.

Ketiga, penguatan dollar AS dibarengi penurunan volume penjualan ekspor. Volume penjualan di pasar mancanegara turun 30,06% menjadi 355.270 unit ban. Pengakuan perusahaan ini seiring penurunan nilai penjualan ekspor dari US$ 25,66 juta di kuartal I-2013 menjadi US$ 16,38 juta di kuartal I-2014 yang tercatat dalam laporan keuangan.

Meski kinerja di periode pertama pencatatan laporan keuangan tak ciamik, Godyear masih memupuk harapan bisa mencetak pertumbuhan pendapatan 10%-15%, atau sebesar US$ 202,82 juta - US$ 212,04 juta.

Strategi Goodyear yakni meluncurkan produk baru, mengoptimalkan jaringan distribusi penjualan dan meningkatkan efisiensi produksi. Saat ini, perusahaan itu memiliki 113 gerai penjualan dan sebuah pabrik seluas 17 hektare (ha) di Bogor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina