Katalis ROTI biar bisnis tetap empuk



JAKARTA. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk menargetkan pertumbuhan penjualan 20% tahun ini. Produsen roti merek Sari Roti itu meyakini bisa memenuhi target ini, seiring pertumbuhan jumlah dan  tingkat konsumsi masyarakat kelas menengah Indonesia.

Bagi Nippon Indosari, masyarakat kelas menengah  adalah pangsa pasar yang menjadi target mereka. "Pertumbuhan kami tahun ini masih didukung besarnya pangsa pasar seiring pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi masyarakat kelas menengah," kata Sekretaris Perusahaan Nippon Indosari Corpindo, Stephen Orlando pada KONTAN, Jumat (30/1).

Sayang, perusahaan yang tercatat dengan kode saham ROTI di Bursa Efek Indonesia itu hanya menyebutkan target 2015 dalam persentase. 


Nippon Indosari juga belum bersedia menyebutkan realisasi kinerja 2014 lantaran masih menunggu hasil audit. Manajemen perusahaan itu hanya memastikan bisa memenuhi target 2014.

Asal tahu saja, sebelumnya Nippon Indosari mengejar target pertumbuhan penjualan 20%-25% sepanjang 2014. Dengan catatan pendapatan sebesar Rp 1,51 triliun pada 2013 yang lalu, maka jika target  2014 terpenuhi, artinya perusahaan ini bisa mencatatkan penjualan sekitar Rp 1,81 triliun–Rp 1,89 triliun tahun lalu.

Masih dengan asumsi yang sama, berarti manajemen ROTI tahun ini mengincar target penjualan sekitar Rp 2,17 triliun, atau dalam target optimistis Rp 2,27 triliun.

Tak mau sekadar menggantungkan nasib pada katalis positif eksternal, Nippon Indosari kini membekali diri dengan dua strategi. 

Pertama, menambah kapasitas produksi di beberapa lini mesin produksi. Sekadar informasi, hingga akhir tahun lalu, Nippon Indosari memiliki 10 lini produksi.  Namun, manajemen ROTI tidak memerinci tambahan kapasitas produksi tahun ini. 

Strategi kedua, menambah varian baru roti. "Kami berencana menghadirkan beberapa varian baru baik pada roti tawar maupun roti manis," kata Stephen.

Belum mengerek harga

Untuk mendukung dua strategi tahun ini, Nippon Indosari menyiapkan belanja modal alias capital expenditure sekitar Rp 350 miliar. Alokasi belanja modal itu lebih besar ketimbang 2014. Berdasarkan pemberitaan KONTAN sebelumnya, tahun lalu perusahaan itu menyediakan belanja modal sekitar Rp 120 miliar.

Di luar optimisme mengejar target kinerja, perusahaan seperti Nippon Indosari yang mengonsumsi bahan baku gandum tak imun dari risiko pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Maklum, kebutuhan gandum di dalam negeri didapatkan dengan mengimpor.

Sebelumnya, manajemen perusahaan Nippon Indosari pernah bilang, bakal menaikan harga seiring pelemahan kurs rupiah. Cara ini untuk mengompensasi meningkatnya biaya produksi akibat harga gandum makin mahal.

Namun, hingga saat ini, rupanya Nippon Indosari belum berencana mengerek harga. Perusahaan itu memilih senantiasa meninjau ulang portofolio produk Sari Roti untuk menjaga pangsa pasar. "Kenaikan harga akan disesuaikan dengan kondisi yang ada dan untuk saat ini belum ada rencana menaikkan harga," tandas Stephen.

Hingga September 2014, Sari Roti memiliki dua pelanggan besar dengan kontribusi pembelian lebih dari 10%. Mereka adalah PT Indomarco Prismatama dengan nilai pembelian Rp  480,74 miliar atau, berkontribusi 35,33% terhadap total penjualan Nippon Indosari. Pelanggan lain adalah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk dengan nilai pembelanjaan  Rp 339,68 miliar, atau berkontribusi 24,96%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina