Kaum milenial dongkrak penjualan barang mewah di China



KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Pasar barang mewah di China kembali bergairah.

Hal ini terbukti dari tingkat penjualan tas Gucci hingga kosmetik Chanel yang mengalami peningkatan tercepat dalam setengah dekade terakhir. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, penjualan barang mewah di Negeri Panda ini tampak lesu. Menurut konsultan Bain & Co, kondisi itu membuat produsen  barang mewah siap mengkonsolidasikan keuntungan di tahun 2018.

Mengutip Reuters, Bain & Co menyebut, penjualan barang mewah di China mencapai 142 miliar yuan (US$ 22,07 miliar) pada tahun lalu. Angka ini naik sekitar 20% dari tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut merupakan yang paling tajam sejak 2011, ketika penjualan barang mewah mulai terpukul oleh perlambatan ekonomi dan upaya keras dalam pemberantasan korupsi.


Pembelanja China adalah pembelanja barang mewah terbesar di seluruh dunia, yang menyumbang sekitar 32% dari total penjualan barang mewah global senilai 262 miliar euro (US$ 308 miliar) pada tahun lalu.

"Pada dasarnya, pasar barang mewah tampak flat selama lima tahun terakhir. Nah, sekarang di 2017 naik 20%. Itu adalah rebound yang luar biasa," kata Bruno Lannes, mitra Bain yang berbasis di Shanghai di Bain. Dia menambahkan, harga yang lebih rendah dan dukungan pemerintah adalah pendorong utama penjualan barang mewah.

Kenaikan tajam -terutama pertumbuhan penjualan yang tinggi untuk pakaian wanita, perhiasan, kosmetik, sepatu dan tas tangan - terjadi setelah penjualan barang mewah mengalami penjualan flat di 2016 dan menurun pada 2015 dan 2014.

Beijing telah menjalankan strategi untuk mendorong pengeluaran domestik yang lebih besar, seperti menindak agen belanja yang dikenal sebagai "daigou" membawa produk ke China dari luar negeri, dan memotong tarif pajak yang tinggi atas barang-barang mewah impor yang dijual di negara ini.

Menurut Bain, pasar domestik China menyumbang 8% dari penjualan barang mewah global. Meskipun pertumbuhannya cukup cepat di pasar domestik, pembeli China masih menghasilkan tiga perempat dari pembelian barang mewah di luar negeri.

Bain juga mengatakan, pasar mewah China pada tahun ini juga akan tumbuh kuat yang didorong oleh kelompok milenial, meskipun tingkat pertumbuhan tidak secepat 2017.

Pertumbuhan tersebut didorong oleh generasi milenial teknologi China yang berusia antara 20 sampai 34 tahun, yang umumnya lebih memilih busana siap pakai dan cepat dibanding desain tradisional, sehingga mendongkrak pakaian santai dan pakaian olahraga.

"Ini adalah China yang baru dan melawan kembalinya China yang tua," kata Lannes.

Pergeseran itu menciptakan tantangan bagi merek-merek tradisional seperti Prada, yang harus mengejar ketinggalan mereka dengan para pesaing baru seperti Coach.

Merek-merek lain seperti Hermes, LVMH dan Kering dari Perancis melihat kembalinya permintaan dari China, sehingga membantu meningkatkan penjualan global mereka tahun lalu.

Produsen barang mewah lainnya, termasuk Kweichow Moutai dari China dan Remy Cointreau dari Prancis, juga mengalami peningkatan penjualan di China.

Lannes menambahkan, pertumbuhan penjualan yang cepat akan menjadi penyaring pihak yang menang dan pihak yang menjadi pecundang, tergantung siapa yang bisa memecahkan kode kaum milenial China.

"Sebuah China yang baru muncul dengan konsumen baru yang tidak ada lima tahun yang lalu dan memiliki profil berbeda, harapan yang berbeda dan selera yang berbeda," katanya. (Catatan saja, US$ 1 = 6.4348 yuan China renminbi)

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie