Kaya manfaat, budidaya alpukat hass makin memikat



KONTAN.CO.ID - Seiring berkembangnya tren gaya hidup sehat di masyarakat Indonesia, buah alpukat semakin dicari sebagai pengganti karbohidrat. Buah alpukat diolah bersamaan dengan berbagai bumbu dan sayuran lain. Bahkan, tidak lagi hanya sebagai hidangan penutup, olahan alpukat kini bisa jadi menu utama.

Salah satu jenis buah alpukat yang belakangan ini ramai dicari untuk diolah menjadi menu utama adalah alpukat hass. Alpukat hass adalah jenis alpukat asal Amerika Latin. Namun sudah tiga tahun belakangan, buah ini bisa dibudidayakan di Indonesia.

“Setahun belakangan alpukat hass memang banyak permintaannya. Kalau order untuk buahnya kebanyakan dari rumah makan, restoran, hotel atau katering. Sekarang, bibitnya juga mulai banyak yang cari,” kata Muhamad Azril, pembudidaya alpukat hass asal Purwokerto, Jawa Tengah.


Karena tingginya permintaan bibit alpukat, Azril mengaku kewalahan menerima permintaan. Tak jarang, stok bibitnya kosong karena keterbatasan tenaga kerja. Ia juga kerap menolak permintaan pelanggan, lantaran panjangnya antrian permintaan bibit.

“Sebulan itu, permintaannya bisa sampai 800 bibit, tapi saya hanya sanggup bikin setengahnya. Dan sering saya bikin kloter, saya batasi. Jadi kloter terakhir permintaannya belum terpenuhi, sudah ada lagi permintaan, terpaksa saya tolak,” ungkapnya.

Bibit alpukat hass milik Azril dijual mulai Rp 50.000 – Rp 75.000 per batang, tergantung ukurannya. Ia mulai menjual bibit alpukat hass ukuran 30 centimeter (cm). Tak hanya menjual bibit, pria berlogat medok kental ini juga menjual pohon alpukat hass yang dibanderol Rp 200.000 per pohon dan buah alpukat hass yang harganya Rp 100.000 per kilogram (kg).      

“Karena saya panen sendiri, harga buahnya lebih murah. Kalau di supermarket, harga buah alpukat hass ini bisa di kisaran Rp 125.000 – Rp 140.000 per kilo,” ujarnya. Pelanggan Azril kebanyakan datang dari sekitar Jawa Tengah, Jogja, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra.

Naiknya permintaan bibit alpukat hass juga diakui oleh Hendrarto Rudi, pembudidaya asal Metro, Lampung. Ia mengatakan, permintaan bibit alpukat hass makin meningkat tiap tahun. “Dari dua tahun lalu, permintaannya meningkat dua sampai tiga kali lipat,” katanya.

Ia menjual bibit alpukat hass berukuran 40 cm – 80 cm yang dibanderol mulai Rp 55.000 – Rp 80.000 per batang. Dalam sebulan, Rudi bisa menjual sekitar 300 – 400 bibit. Kebanyakan permintaan bibit tersebut berasal dari Medan, Lampung, Padang, Makassar, Jakarta, Bandung dan Surabaya.          

Perlu kontrol hama agar si hitam keribut berbuah lebat

Proses budidaya alpukat hass tak jauh berbeda dengan budidaya alpukat jenis lainnya. Menurut Muhamad Azril, pembudidaya alpukat hass asal Purwokerto, Jawa Tengah, pohon alpukat hass membutuhkan tanah gembur dan tidak mudah tergenang air sebagai media tanamnya.

Biasanya, jenis tanah lempung yang paling bagus untuk menanam alpukat hass ini. "Lahannya juga harus bebas dari tanaman liar dan batu-batu," terangnya.  

Azril lanjut menjelaskan,  bibit alpukat hass bisa siap dipindahkan dari polybag ke media tanam jika tingginya sudah mencapai 60-70 centimeter (cm). Ukuran tersebut dinilai cukup kuat untuk beradaptasi dengan media tanam yang baru. Untuk memindahkan bibit alpukat hass perlu disiapkan lubang tanam dengan ukuran 60x60 cm berkedalaman sekitar 60-80 cm.

"Ukuran itu berlaku jika bibitnya berasal dari proses okulasi. Kalau bibit hasil cangkok, lubangnya bisa dibuat lebih lebar. Dan kalau bibitnya dari biji buah, lubangnya harus lebih dalam," kata Azril.

Bibit yang baru ditanam atau dipindahkan ke media tanam harus disiram secara intensif. Penyiraman dilakukan dua kali sehari karena bibit baru membutuhkan banyak air. Namun, bila hujan rutin mengguyur, tak perlu penyiraman.

Selain memperhatikan penyiraman rutin, Hendrarto Rudi, pembudidaya asal Metro, Lampung menuturkan, pemupukan dan penyemprotan pestisida juga harus rutin dilakukan. Pasalnya, hama tanaman alpukat hass cukup banyak, seperti ulat, jamur atau antraknosa serta bercak daun atau bercak cokelat. "Penyemprotan sebulan sekali, tapi itu tergantung kebutuhan juga. Jadi kalau sudah ada tanda-tanda terkena hama, langsung semprot sebelum tambah parah," tuturnya.

Rudi bilang, pemupukan bisa dilakukan empat kali dalam setahun. Dosis pupuk biasanya diberikan sesuai dengan umur tanaman. Semakin rutin pupuk diberikan, maka pertumbuhannya akan semakin cepat.

Alpukat hass akan mulai berbuah setelah umur 10 tahun. Namun jika ditanam dengan proses vegetatif lewat stek atau okulasi biasanya bisa berbuah lebih cepat, sekitar umur  5-8 tahun. "Buah biasanya bisa dipanen setelah 6-7 bulan setelah bunga mekar," ujar Rudi.

Tanaman bernama latin Persea Americana ini dipercaya memiliki kandungan lemak tak jenuh dan baik untuk tubuh. Dalam 100 gram daging alpukat hass rata-rata mengandung 11-12 gram lemak tak jenuh.

Tidak heran jika buah ini banyak diburu untuk membantu menurunkan kolesterol tubuh. Selain kaya akan lemak tak jenuh, aplukat hass juga kaya akan vitamin C, vitamin B-16, kalsium, magnesium, dan zat besi.

Buah alpukat hass memiliki kulit lebih keriput dibanding jenis alpukat lain dan warna buahnya hitam legam. Meski kulit buahnya lebih keriput, daging buahnya lebih pulen dan gurih. Maka dari itu, tak heran jika buah alpukat hass banyak diburu oleh pelaku usaha kuliner sehat sebagai alternatif karbohidrat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.