KB Bukopin akan Jual Kredit Macet Rp 10 Triliun, Targetkan Jadi Bank Bersih di 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) untuk terus melakukan transformasi internal,  terutama fokus melakukan bersih-bersih kredit bermasalah sudah mulai menunjukkan hasil cukup baik. 

Meskipun masih merugi, namun kualitas aset KB Bukopin telah membaik. Tahun depan, bank yang kini dikendalikan oleh Kookmin Bank Korea ini masih akan fokus melakukan penyelesaian terhadap kredit-kredit bermasalah.

Deputy President Director KB Bukopin Robby Mondong mengatakan, BBKP menargetkan akan menjadi bank bersih sesuai dengan ketentuan regulator tahun depan dengan menjual kredit macet sekitar Rp 10 triliun. 


Baca Juga: Bank KB Bukopin Salurkan Kredit Modal Kerja Rp 200 Miliar ke Pos Indonesia

"Penjualan akan dilakukan secara bulk sales melalui dua cara yaitu likuiditas tertentu dan melalui penerbitan obligasi syariah," katanya dalam paparan publik yang digelar virtual, Rabu (28/12).

Sementara Direktur Keuangan KB Bukopin Seng Hyup Shin mengatakan, ada tiga target utama yang sudah disusun perseroan tahun depan. Pertama, melakukan penanganan kredit macet sehingga menjadi bank bersih. Di akhir 2023, rasio non performing loan (NPL) ditargetkan di bawah 5% dan rasio Loan at Risk (LAR) di bawah 20%. 

Kedua, menjadikan laba operasional sebelum provisi (PPOP) positif. Dan ketiga, menargetkan pendapatan bunga bersih alias net interest income (NII) bisa positif. 

Seng Hyup Shin menjelaskan, perbaikan kredit macet merupakan kunci utama agar perseroan bisa lepas dari kerugian. Setelah itu berhasil dilakukan maka perseroan selanjutnya sudah bisa fokus memperbaiki struktur pendanaan dan semakin agresif menyalurkan kredit baru. 

Sementara untuk membukukan laba ditargetkan baru akan tercapai tahun 2024. Untuk menuju itu, perseroan juga akan mulai fokus mendorong fee based income dengan menawarkan produk-produk mutual fund dan asuransi kepada perusahaan-perusahaan Korea. 

Strategi efisiensi biaya juga akan dioptimalkan. Bank KB Bukopin sudah merancang strategi untuk itu dimana tidak hanya ditujukan menurunkan biaya di saat itu tetapi juga dari sisi strukturnya agar biaya menjadi stabil ke depannya. 

Sepanjang 2022, KB Bukopin sudah berhasil menjual Rp 5,4 triliun kredit bermasalah. Alhasil, loan at risk KB Bukopin secara nilai telah turun menjadi Rp 10 triliun. Per September 2022, loan at risk bank ini ada di level 52,8%, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu 65,4%.

Sedangkan NPL telah berkurang sebesar Rp 1,8 triliun. Adapun rasio NPL gross per September turun jadi 8,75%. Sampai akhir NPL ditargetkan akan turun jadi 7,6% dan LAR di bawah 50%. 

Hingga September, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Bukopin hanya mencapai Rp 43 triliun atau turun 18,8% secara tahunan. Seng Hyup Shin bilang, penurunan ini sejalan dengan strategi perseroan memperbaiki struktur pendanaan dimana dana-dana mhal mulai dilepas. 

Baca Juga: Investor Korea Berkomitmen Kuatkan Modal KB Bukopin (BBKB)

Rasio dana murah (CASA) bank ini sudah meningkat menjadi 23%, dari 18% pada September 2021. Tahun ini, Bukopin berhasil menghimpun dana murah jangka panjang dari IFC sebesar rp 4,3 triliun.

Adapun portofolio kredit perseroan mencapai Rp 47,1 triliun atau turun 12,6% secara tahunan sejalan pembenahan NPL yang dilakukan. Namun, penyaluran kredit baru berjalan baik dimana sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini mencapai Rp 7 triliun. 

Seng Hyup Shin mengakui bahwa rasio-rasio profitabilitas BBKP masih belum optimal. Fokus perseroan dalam menyelesaikan kredit macet mengharuskan perseroan meningkatkan pencadangan. 

"Namun, secara garis besar, beberapa rasio yang sudah kami targetkan berjalan dengan baik. PPOP sudah mengalami perbaikan signifikan walaupun masih minus. NIM yang sebelumnya 0,95%, per September sudah 1,4%." katanya. 

Sejalan dengan perbaikan kualitas aset dan penyaluran kredit baru yang terus meningkat, ia optimistis NIM Bukopin akan meningkat signifikan pada 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi