KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) memutuskan untuk mengimpor tiga rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL) dari China senilai Rp 783 miliar. Hanya saja, impor KRL dari China ini menimbulkan kcurigaan pasalnya sebelumnya KCI merencanaka untuk melakukan impor kereta dari Jepang atau Korea Selatan. Menanggapi hal ini, Direktur Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Mohamad Risal Wasal mengaku belum mendapat info secara langsung terkait keputusan impor KRL dari China.
Baca Juga: KCI Rogoh Anggaran Rp 9 Triliun untuk Pengadaan Rangkaian KRL Baru "Saya belum dapat info mengenai itu. Memang kewenangan untuk pengadaan sarana ada di operator," jelas Risal dijumpai di Kantor Kemenkomarvest, Rabu (7/2). Meski begitu Risal menegaskan bahwa keputusan impor sepenuhnya menjadi kewenangan operator dalam hal ini PT KAI Indonesia maupun PT KCI. Kemenhub, menurutnya, hanya memberikan standarisasi kereta yang boleh di operasikan dalam negeri. Hanya keputusan pengadaanya sepenuhnya menjadi hak operator KRL. "Kita ngasih standarnya saja, standar kereta api, tapi dia (KCI) boleh milih dari manapun untuk pengadanya," jelas Risal.
Baca Juga: KRL Impor Asal China akan Mulai Beroperasi Tahun Depan Sebelumnya, Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba membeberkan alasan pihaknya melakukan impor KRL dari China. Salah satu alasanya karena harga yang lebih murah daripada Jepang dan Korea Selatan yang lebih dulu menawarkan proposal. "Dari sisi harga (KRL dari China) sudah kompetitif, berarti manufaktur lain sudah lebih tinggi," jelas Anne.
Baca Juga: Lebih Murah, KCI Pilih Impor KRL dari China Selain itu, Anne memastikan KRL dari China itu juga sudah memenuhi spesifikasi teknis sesuai kebutuhan masyarakat Indonesia muali dari komponen AC, termasuk luasan ruang bebas KRL. "Misalnya AC, kan AC itu untuk kapasitas secara teknis di Indonesia, Singapura, Malaysia, China, Jepang, itu berbeda-beda. Dan ini yang mereka sesuaikan kondisinya dengan Indonesia, jadi ada beberapa hal termasuk luasan ruang bebas, kemudian penggunaan prasarana, dan yang lain itu mereka kaji semuanya," jelas Anne.
Meski begitu, ada pihak yang menyebut pilihan KCI untuk impor China ini dikaitkan dengan tekanan dari China terkait utang Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB). Terlebih, perusahaan asal China yang dipilih untuk produksi KRL ini yang juga memproduksi Kereta Cepat Whoosh yakni China Railway Construction Corporation (CRRC) Sifang Qingdao. "Menarik, ternyata keputusan Indonesia impor KRL baru dari China, bukan Jepang, gegara pihak China ancam menahan gelontoran pinjaman untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) jika Indonesia ngotot mengimpor KRL bekas dari Jepang," tulis pengguna akun X @kabarpenumpang, Selasa (6/2). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto