Keadaan politik tak kondusif jadi alasan Moody's turunkan peringkat utang Jepang



TOKYO. Badan pemeringkat Moody's Investor Service memangkas peringkat utang pemerintah Jepang hari ini (24/8) ke level Aa3 karena alasan politik engara yagn tidak stabil. Perubahan politik di negara itu dianggap menghambat strategi ekonomi menjadi tidak berjalan efektif. "Selama lima tahun terakhir, perubahan kepemimpinan di Jepang sering terjadi, sehingga penerapan strategi jangka panjang ekonomi dan fiskal tidak berjalan dengan efektif," ujar juru bicara Moody's.

Jepang saat ini sedang menyiapkan diri untuk melaksanakan pemilihan Perdana Menteri baru untuk menggantikan Naoto Kan. Ia menjadi tokoh yang tidak populer di mata masyarakat karena dianggap tidak berhasil mengatasi krisis nuklir Jepang setelah tsunami menerjang Jepang.

Selain itu, negara ini sejak resesi 2009 terus meningkatkan jumlah utangnya. Saat ini jumlah utang publik telah meningkat dua kali lipat mencapai US$ 5 triliun.


Sejatinya, Moody's telah memperingatkan Jepang pada Mei lalu terhadap kemungkinan penurunan peringkat utang pemerintah. Sebab, goyahnya prospek pertumbuhan ekonomi negara dan lemahnya kebijakan untuk mengontrol membengkaknya utang meningkatkan kekhawatiran Moody's terhadap prospek utang Jepang.

Penurunan peringkat ini menjadi alarm bagi negara-negara besar lainnya di dunia yang menjadi penyangga ekonomi untuk memperhatikan beban utang negaranya. Tengok saja, Standard&Poor's sebelumnya juga telah mencopot posisi utang AS dari level puncaknya AAA. Moody's juga mengingatkan akan menurunkan peringkat utang Italia akibat lilitan utang yang dialami negara itu.

"Saya mengira pemangkasan peringkat akan terjadi setelah pergantian pemimpin. Namun dari beberapa calon yang muncul, rasanya tidak ada yang akan serius menangani reformasi keuangan Jepang. Itu sebabnya, Moody's memangkas peringkat Jepang saat ini," ujar Yuuki Sakurai CEO Fukoku Capital Management Inc.

Editor: Rizki Caturini