Keamanan dana dalam Panin Gebyar Indonesia II



JAKARTA. Umumnya produk reksadana pendapatan tetap memanfaatkan instrumen Surat Utang Negara (SUN) sebagai pendongkrak imbal hasil. Efek ini masih diminati oleh para manajer investasi yang menggemari tingkat likuiditas aset dasar.

PT Panin Asset Management alias PAM juga memiliki reksadana pendapatan tetap yang mayoritas portofolionya di efek SUN. Produk tersebut bernama Panin Gebyar Indonesia II.

Ridwan Soetedja, Direktur PAM menjelaskan, produk ini tepat bagi masyarakat yang membutuhkan keamanan dalam berinvestasi serta menginginkan tingkat imbal hasil yang relatif lebih stabil ketimbang pasar saham. Sebab, sekitar 80% dana kelolaan reksadana ini diputar di SUN, sisanya di deposito.


Sejatinya, produk ini memiliki kebijakan investasi leluasa memutar aset dasar di efek utang yang diterbitkan Indonesia mencapai 80% - 100% dan instrumen pasar uang sebanyak 0% - 20%. "Produk ini menawarkan security karena investasi efek utang di SUN saja, milik negara sehingga lebih terjamin," tuturnya, Senin (27/7). Namun, pergerakan SUN memang cenderung lebih volatile ketimbang obligasi korporasi.

Menurut fund fact sheet per Juni 2015, ketimbang akhir tahun lalu, produk ini membukukan kinerja minus 0,73%. Angka tersebut lebih rendah ketimbang Infovesta Fixed Income Fund Index pada periode sama yang mencapai 2,43%. Ridwan menuturkan, kondisi tersebut disebabkan oleh harga SUN yang relatif rendah.

Hingga penghujung tahun 2015, ia menargetkan produk besutan PAM sejak April 2008 ini akan membukukan return 7% - 8%. Strateginya, mereka akan mengoptimalkan investasi di SUN berjangka pendek dan menengah.

Aksi tersebut bertujuan untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat alias Federal Reserve pada akhir tahun Kambing Kayu ini. Jika mereka mengerek suku bunga, umumnya dana asing akan mengalir keluar dari obligasi Indonesia.

"Secara keseluruhan, SUN jangka panjang harganya lebih banyak turun kalau terjadi koreksi di pasar obligasi," jelasnya. Oleh karena itu, mereka lebih memilih SUN jangka pendek dan menengah.

Per Juni 2015, total dana kelolaan produk ini telah mencapai Rp 95,09 miliar. Investor dapat menyisihkan dana Rp 1 juta untuk minimal investasi awal dan Rp 1 juta untuk investasi selanjutnya.

PAM juga mengutip biaya pembelian unit maksimal 1% dari nilai transaksi. Untuk penjualan kembali dalam waktu kurang dari tiga bulan akan dikenakan biaya maksimal 0,5%. Sedangkan untuk aksi penjualan kembali yang melebihi tiga bulan tidak akan dibebankan biaya apapun. Reksadana ini dijual melalui PT Bank Central Asia Tbk.

Analis Infovesta Utama, Edbert Suryajaya, memaparkan kinerja Panin Gebyar Indonesia II terkoreksi karena mayoritas investasi ditempatkan di SUN pergerakannya lebih fluktuatif ketimbang IRDPT. "Dalam beberapa bulan terakhir pasar SUN juga cenderung turun. Ini mengakibatkan penurunan produk ini lebih dalam dari SUN," jelasnya.

Oleh karena itu, lanjut Edbert, dalam waktu mendatang, kinerja produk tersebut masih akan bergantung pada kinerja SUN. Ia memperkirakan, kinerja SUN akan naik setelah September 2015 mendatang akibat realisasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika alias Federal Reserve.

Ia menuturkan, rata-rata return produk reksadana pendapatan tetap mencapai 10% - 12% setahun. Namun, agak sulit bagi Panin Gebyar Indonesia II untuk mencapainya. Ia menyarankan para investor untuk menahan produk ini selama minimal satu tahun agar dapat memperoleh return yang lebih tinggi.

PT Panin Asset Management (PAM) merupakan anak perusahaan PT Panin Sekuritas. Perusahaan berdiri sejak 18 Agustus 2011 dengan izin manajer investasi dari Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam LK) No. KEP-06/BL/MI/2011.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia