JAKARTA. Mesin anjungan tunai mandiri (ATM) industri perbankan nasional dinilai masih rawan. Oleh sebab itu, perbankan nasional diminta terus memperkuat instrumen keamanan di masing-masing mesin ATM miliknya. David Sumual, pengamat perbankan mengatakan, sebetulnya masalah pembobolan mesin ATM perbankan bukan hanya menjadi masalah serius di Indonesia. "Di banyak negara lain, persoalan ini juga masih menjadi tantangan serius," kata David pada KONTAN, Rabu (22/4). David membantah bahwa industri perbankan nasional belum serius untuk memperkuat keamanan mesin ATM di jaringan milik mereka masing-masing. "Tapi memang perlu upaya terus-menerus dari perbankan untuk terus memperkuat instrumen keamanan di mesin ATM mereka," pungkas David. Sebagaimana diketahui, dalam acara Global Conference on Cyber Space 2015 di Den Haag, Belanda, beberapa waktu lalu, Indonesia tercatat sebagai negara yang kasus cyber crime-nya paling marak. Menurut Kasubdit Cyber Crime Badan Reserse Kriminal Polri, Kombes Rachmad Wibowo, tindak kriminal dengan membobol rekening para nasabah bank melalui mesin ATM semakin sering terjadi. "Ini menciptakan stigma tidak aman kalau bertransaksi perbankan di Indonesia," kata Rachmad, Senin (20/4). Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Brigjen Victor Edison Simanjuntak mengimbau kalangan perbankan untuk tidak meletakkan mesin ATM di lokasi yang sepi dan terpencil. Mesin ATM sebaiknya berada di lokasi yang mudah dipantau. Hal ini perlu dilakukan agar jika ada pelaku yang menyabotase mesin ATM dapat dengan mudah diketahui. Selain itu, pihak bank diimbau memakai prinsip mengenali betul identitas nasabah. Sebab, dalam sebuah kasus yang ditangani polisi, ditemukan ada nama nasabah yang menyerupai nama perusahaan. Setelah dicek di bank, pembukaan rekening atas nama itu menggunakan KTP dengan nama yang sama. Kenyataannya, pembukaan rekening baru di bank dengan KTP palsu tetap lolos. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Keamanan mesin ATM harus ditingkatkan
JAKARTA. Mesin anjungan tunai mandiri (ATM) industri perbankan nasional dinilai masih rawan. Oleh sebab itu, perbankan nasional diminta terus memperkuat instrumen keamanan di masing-masing mesin ATM miliknya. David Sumual, pengamat perbankan mengatakan, sebetulnya masalah pembobolan mesin ATM perbankan bukan hanya menjadi masalah serius di Indonesia. "Di banyak negara lain, persoalan ini juga masih menjadi tantangan serius," kata David pada KONTAN, Rabu (22/4). David membantah bahwa industri perbankan nasional belum serius untuk memperkuat keamanan mesin ATM di jaringan milik mereka masing-masing. "Tapi memang perlu upaya terus-menerus dari perbankan untuk terus memperkuat instrumen keamanan di mesin ATM mereka," pungkas David. Sebagaimana diketahui, dalam acara Global Conference on Cyber Space 2015 di Den Haag, Belanda, beberapa waktu lalu, Indonesia tercatat sebagai negara yang kasus cyber crime-nya paling marak. Menurut Kasubdit Cyber Crime Badan Reserse Kriminal Polri, Kombes Rachmad Wibowo, tindak kriminal dengan membobol rekening para nasabah bank melalui mesin ATM semakin sering terjadi. "Ini menciptakan stigma tidak aman kalau bertransaksi perbankan di Indonesia," kata Rachmad, Senin (20/4). Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Brigjen Victor Edison Simanjuntak mengimbau kalangan perbankan untuk tidak meletakkan mesin ATM di lokasi yang sepi dan terpencil. Mesin ATM sebaiknya berada di lokasi yang mudah dipantau. Hal ini perlu dilakukan agar jika ada pelaku yang menyabotase mesin ATM dapat dengan mudah diketahui. Selain itu, pihak bank diimbau memakai prinsip mengenali betul identitas nasabah. Sebab, dalam sebuah kasus yang ditangani polisi, ditemukan ada nama nasabah yang menyerupai nama perusahaan. Setelah dicek di bank, pembukaan rekening atas nama itu menggunakan KTP dengan nama yang sama. Kenyataannya, pembukaan rekening baru di bank dengan KTP palsu tetap lolos. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News