KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kekhawatiran terkait keamanan transaksi di platform kripto Indonesia sempat meningkat setelah salah satu platform exchange kripto lokal mengalami peretasan. Namun, Wakil Ketua Umum Asosiasi Blockchain & Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo-ABI), Yudhono Rawis menyatakan bahwa dampaknya tidak signifikan. "Belum ada laporan penurunan signifikan terhadap minat investor dan volume transaksi di platform kripto lokal," ungkap Yudhono kepada KONTAN pada Kamis (19/9).
Baca Juga: Perdagangan Sudah Pulih, Indodax Catat Volume Transaksi Tembus Rp 547 Miliar Menurutnya, banyak platform exchange kripto di Indonesia telah mengambil langkah proaktif untuk meningkatkan keamanan, seperti menambah lapisan keamanan, melakukan audit berkala, dan berkolaborasi dengan regulator seperti Bappebti. Selain itu, regulasi dalam negeri cukup ketat, dan pedagang kripto telah menerapkan langkah-langkah keamanan komprehensif. Yudhono juga menekankan pentingnya perusahaan yang terdaftar di Bappebti dan memiliki lisensi Pedagang Fisik Aset Kripto (PFAK) untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap keamanan dan transparansi. Baca Juga: Saham Kripto di AS Melonjak Setelah Pemangkasan Suku Bunga The Fed Salah satu indikatornya adalah sertifikasi ISO 27001 dan pendirian Disaster Recovery Centre (DRC). Platform-platform kripto di Indonesia juga disarankan untuk menggunakan cold wallet guna menyimpan aset nasabah, karena lebih aman dari serangan siber. Untuk aset fiat, platform PFAK menyimpan 70% dana di lembaga kliring terpercaya, sementara untuk aset kripto, 70% disimpan di lembaga depository khusus kripto. Adrian Sudirgo, CEO Ajaib Kripto, menyatakan bahwa perusahaannya terus memperkuat keamanan platform, termasuk dengan mendapatkan lisensi PFAK dari Bappebti. "Keamanan aset pengguna adalah prioritas utama kami di Ajaib Kripto. Dengan regulasi yang jelas dan pengawasan ketat, kami berharap kepercayaan terhadap aset kripto semakin meningkat," kata Adrian.