JAKARTA. Kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Riau dalam dua bulan terakhir telah merambah area konsesi hutan tanaman industri PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Akibatnya, anak perusahaan Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) Group ini kehilangan produksi pulp atau bubur kertas sebanyak 200.000 ton. Kusnan Rahmin, Direktur Utama RAPP, mengatakan, kebakaran yang terjadi dan masih berlangsung selama 60 hari tersebut berdampak pada 2.000 hektare (ha) area konsesi hutan tanam industri (HTI) RAPP di Riau. "Sudah 2.000 ha, tersebar di beberapa titik dan sekarang masih berusaha dipadamkan," ujar Kusnan, Senin (24/3). Saat ini RAPP fokus untuk melakukan pemadaman sehingga kegiatan produksi jadi terhambat. Saat ini RAPP sudah mengurangi produksi jadi 200.000 ton selama dua bulan dari Januari hingga Februari. Kebanyakan usia tanaman di area terbakar masih sekitar tiga tahun dari jenis tanaman Acasia mangium. Rencananya, tanaman itu akan dipanen setelah 5 tahun. Namun Kusnan enggan mengungkapkan nilai kerugian perusahaan.
Kebakaran hutan pangkas produksi pulp RAPP
JAKARTA. Kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Riau dalam dua bulan terakhir telah merambah area konsesi hutan tanaman industri PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Akibatnya, anak perusahaan Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) Group ini kehilangan produksi pulp atau bubur kertas sebanyak 200.000 ton. Kusnan Rahmin, Direktur Utama RAPP, mengatakan, kebakaran yang terjadi dan masih berlangsung selama 60 hari tersebut berdampak pada 2.000 hektare (ha) area konsesi hutan tanam industri (HTI) RAPP di Riau. "Sudah 2.000 ha, tersebar di beberapa titik dan sekarang masih berusaha dipadamkan," ujar Kusnan, Senin (24/3). Saat ini RAPP fokus untuk melakukan pemadaman sehingga kegiatan produksi jadi terhambat. Saat ini RAPP sudah mengurangi produksi jadi 200.000 ton selama dua bulan dari Januari hingga Februari. Kebanyakan usia tanaman di area terbakar masih sekitar tiga tahun dari jenis tanaman Acasia mangium. Rencananya, tanaman itu akan dipanen setelah 5 tahun. Namun Kusnan enggan mengungkapkan nilai kerugian perusahaan.