Kebangkitan Bitcoin: Harapan Baru atau Ancaman?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para ahli dari European Central Bank (ECB) telah menganalisis potensi dampak sosial dari apresiasi harga Bitcoin yang signifikan, dengan menyebutkan bahwa fenomena ini dapat menjadi katalisator untuk perpecahan dan segregasi sosial di seluruh dunia.

Dalam makalah yang diterbitkan pada 12 Oktober, yang berjudul The Distributional Consequences of Bitcoin, Ulrich Bindseil dan Jürgen Schaaf berpendapat bahwa kenaikan harga Bitcoin dapat "memperburuk pembagian masyarakat."

Para non-pemegang dan mereka yang terlambat terjun ke pasar kripto mungkin merasa memiliki alasan yang kuat untuk menentang Bitcoin dan mendorong perundang-undangan untuk mengaturnya.

Apresiasi Bitcoin: Dari Alat Pembayaran ke Aset Spekulatif


Dalam 15 tahun perjalanannya, Bitcoin telah mengalami apresiasi harga yang sangat besar, mulai dari nilai nol hingga lebih dari US$65.000. Para penulis makalah berargumen bahwa para early adopters (penerima awal) telah memperkaya diri mereka sendiri secara signifikan, meskipun Bitcoin tidak sepenuhnya memenuhi "janji" awalnya.

Baca Juga: Bitcoin Dekati US$ 70.000, Ditopang Arus Masuk ETF dan Optimisme Regulasi AS

Bitcoin awalnya digadang-gadang sebagai sistem pembayaran global yang terdesentralisasi, tetapi kini telah bertransisi menjadi aset spekulatif yang menarik banyak investor.

Dampak Sosial dan Ekonomi Jangka Panjang

Makalah ini mengkaji dampak ekonomi dan sosial dari skenario hipotetis di mana harga Bitcoin terus meningkat. Menurut para penulis, meskipun skenario tersebut mungkin terlihat menguntungkan bagi investor, terdapat risiko besar terhadap distribusi kekayaan, stabilitas ekonomi, dan kohesi sosial.

Apabila harga Bitcoin terus meningkat, mereka berpendapat bahwa keberadaan Bitcoin akan "memiskinkan non-pemegang dan mereka yang terlambat berinvestasi," karena nilai yang dihasilkan tidak merata dan hanya menguntungkan sebagian kecil dari populasi.

Lebih lanjut, Bindseil dan Schaaf berpendapat bahwa Bitcoin tidak boleh dipandang hanya sebagai gelembung spekulatif. Mereka menilai bahwa Bitcoin adalah mekanisme yang secara aktif merugikan pihak yang tidak terlibat, yang pada akhirnya dapat merusak tatanan sosial dan berpotensi mengancam demokrasi.

Oleh karena itu, mereka mendorong para pembuat kebijakan dan regulator untuk mempertimbangkan efek distribusi ini dan memberlakukan regulasi yang dapat mengurangi dampak negatif sosial Bitcoin.

Mereka juga mengimbau non-pemegang Bitcoin untuk menyadari pentingnya memperjuangkan regulasi yang menekan apresiasi Bitcoin, atau bahkan mendorong agar Bitcoin sepenuhnya dihilangkan.

Baca Juga: Bitcoin Mencapai Puncak Tertinggi dalam Tiga Bulan Terakhir, Apa Faktor Penyebabnya?

Janji Bitcoin: Sistem Pembayaran Global atau Aset Investasi?

Dalam artikel tersebut, Schaaf menyatakan bahwa "janji" yang tidak terwujud dari Bitcoin bukanlah sesuatu yang secara eksplisit disebutkan dalam whitepaper atau forum diskusi seperti BitcoinTalk.

Namun, narasi awal Bitcoin memang mengandung ide implisit untuk menggantikan sistem keuangan dan pembayaran yang ada. Saat ini, Bitcoin masih dianggap sebagai jaringan pembayaran yang layak, terutama dengan adanya solusi lapisan kedua seperti Lightning Network.

Namun, banyak pelaku utama di dunia investasi seperti Michael Saylor dan Larry Fink lebih menyoroti aspek investasi Bitcoin daripada potensinya sebagai sistem pembayaran.

Meski begitu, beberapa negara seperti El Salvador telah menetapkan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah, dan kota-kota seperti Lugano, Swiss, juga menggunakannya sebagai mata uang de facto.

Bitcoin adalah teknologi yang memungkinkan pertukaran nilai global tanpa perlu perantara, dan bagaimana Bitcoin dipandang—baik sebagai sistem pembayaran atau instrumen investasi—tergantung pada pemegangnya.

Baca Juga: Trader Kripto Raup Untung US$9 Juta Hanya dalam 3 Hari, Keuntungan 3.000 Kali Lipat!

Reaksi dari Komunitas Bitcoin

Makalah ECB ini memicu reaksi keras dari para pendukung Bitcoin, terutama di platform X (dahulu dikenal sebagai Twitter). Analis Bitcoin sekaligus pendiri Adamant Research, Tuur Demeester, menyebut makalah ini sebagai "yang paling agresif" dari lembaga besar mana pun.

"Dalam semua tahun saya memantau ruang Bitcoin, ini adalah makalah paling agresif yang datang dari otoritas. Jelas bahwa para ekonom bank sentral sekarang melihat Bitcoin sebagai ancaman eksistensial, yang harus diserang dengan segala cara," tulis Demeester dalam sebuah thread di X.

Ketika Bitcoin dan cryptocurrency kini menjadi bagian dari percakapan global, termasuk di antara kandidat presiden di AS, sangat penting untuk memahami tujuan dan apa yang ditawarkan oleh Bitcoin.

Meskipun makalah ECB menandakan kekhawatiran yang bisa dimengerti, melihat para pengguna awal Bitcoin sebagai ancaman bagi demokrasi atau elit baru yang tidak adil bisa menjadi masalah jangka panjang. Pada akhirnya, bagi banyak orang, investasi pada Bitcoin adalah tindakan leap of faith—taruhan besar pada sesuatu yang belum pasti.

__________

Catatan Penting: Artikel ini tidak mengandung nasihat investasi. Setiap keputusan investasi dan perdagangan melibatkan risiko, dan pembaca disarankan untuk melakukan riset sendiri sebelum mengambil keputusan.

Selanjutnya: Apotek Wellings Bagikan Tips Merawat Kulit Saat Transisi Musim Kemarau ke Musim Hujan

Menarik Dibaca: Allianz Syariah dan Maybank Indonesia Hadirkan MyProtection Waris Syariah

Editor: Handoyo .