Kebanyakan di perairan Indonesia, perompakan bersenjata di Selat Singapura meningkat



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Insiden perompakan bersenjata di kapal di Selat Singapura meningkat pada paruh pertama tahun 2021, dengan mayoritas melibatkan kapal besar seperti kapal curah.

Dari Januari hingga Juni tahun ini, total 20 insiden perompakan bersenjata terjadi di Selat Singapura, naik dari 16 pada periode yang sama tahun sebelumnya, menurut pusat berbagi informasi maritim pada Jumat (16 Juli).

Ini kontras dengan penurunan 35% dalam jumlah insiden di kawasan Asia selama periode yang sama, Pusat Berbagi Informasi Perjanjian Kerjasama Regional tentang Pemberantasan Pembajakan dan Perampokan Bersenjata terhadap Kapal di Asia (ReCAAP) mengatakan.


Selama enam bulan pertama tahun ini, ada 37 insiden perampokan bersenjata di Asia, turun dari 57 pada periode yang sama tahun lalu, dengan lebih sedikit kasus yang dilaporkan di lokasi seperti India, Indonesia, Filipina, dan Laut China Selatan.

Baca Juga: Perompakan di Selat Singapura naik tajam, kebanyakan di perairan Indonesia

Masafumi Kuroki, Direktur Eksekutif ReCAAP, menyebutkan, "terus terjadinya" insiden di atas kapal di Selat Singapura tetap menjadi perhatian, dan kejadian itu kemungkinan akan terus terjadi jika pelaku tidak ditangkap.

Dari insiden di Selat Singapura, 16 di antaranya terjadi di Jalur Timur Traffic Separation Scheme (TSS), di perairan Tanjung Pergam, Pulau Bintan, Indonesia.

Perompakan terjadi selama malam hari di kapal curah, tanker, dan kapal kargo umum, ReCAAP mengungkapkan. Sebagian besar insiden melibatkan kelompok yang terdiri dari empat orang. Tujuh insiden melibatkan pelaku dengan pisau.

“Ini bukan lagi pencurian kecil-kecilan, ini adalah kejahatan yang lebih serius ketika pelaku dipersenjatai dengan pisau atau senjata lain atau jika kru diancam atau terluka," kata Kuroki, seperti dilansir Channel News Asia.

Baca Juga: Cegah perompakan, RI ikut operasi militer Filipina

Editor: S.S. Kurniawan