KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keberadaan Indonesia Investment Authority (INA) menjadi asa baru emiten BUMN Karya mengurangi beban keuangan. Melalui dana kekayaan negara atawa sovereign weath fund (SWF) yang disediakan lembaga ini, BUMN memiliki kepastian divestasi aset yang berujung pada penambahan likuiditas dan ruang pencarian utang untuk ekspansi yang kembali. Namun, lembaga pemeringkat Fitch Ratings menilai, keberadaan INA kurang signifikan dalam membantu BUMN karya mengurangi beban utangnya (deleveraging) dengan menjadi pembeli siaga aset yang dijual oleh BUMN untuk jangka pendek. Seperti dilansir Bloomberg, kurang signifikannya keberadaan INA lantaran modal INA relatif kecil dibanding utang BUMN, terutama di sektor konstruksi, tol, serta minyak dan gas.
Keberadaan Indonesia Investment Authority (INA) belum signifikan untuk jangka pendek
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keberadaan Indonesia Investment Authority (INA) menjadi asa baru emiten BUMN Karya mengurangi beban keuangan. Melalui dana kekayaan negara atawa sovereign weath fund (SWF) yang disediakan lembaga ini, BUMN memiliki kepastian divestasi aset yang berujung pada penambahan likuiditas dan ruang pencarian utang untuk ekspansi yang kembali. Namun, lembaga pemeringkat Fitch Ratings menilai, keberadaan INA kurang signifikan dalam membantu BUMN karya mengurangi beban utangnya (deleveraging) dengan menjadi pembeli siaga aset yang dijual oleh BUMN untuk jangka pendek. Seperti dilansir Bloomberg, kurang signifikannya keberadaan INA lantaran modal INA relatif kecil dibanding utang BUMN, terutama di sektor konstruksi, tol, serta minyak dan gas.