KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan laporan World Air Quality Report, seperti dikutip dari situ Greenpeace, Indonesia menempati peringkat pertama yang memiliki kualitas udara terburuk di Asia Tenggara pada tahun 2023. Deputi Bidang Koordinasi Transportasi dan Infrastruktur Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Rachmat Kaimuddin berharap, dengan mendorong penerapan kebijakan berbasis-bukti masyarakat bisa semakin familiar dengan permasalahan polusi udara. Caranya dengan mengetahui sumber emisi yang menjadi penyebab polusi. “Dengan data ilmiah, kita bisa menjelaskan,masalah polusi udara adalah masalah bersama dan semuanya harus terlibat,” kata Rachmat dalam keterangan tertulis, Senin (9/8). Menurut dia, data pemerintah menunjukkan, polusi udara di Jakarta masih disebabkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor. Maka, Kemenko Marves berupaya meningkatkan standar bahan bakar sebelum akhir masa pemerintahan saat ini.
Kebijakan Berbasis Bukti Bisa Menjadi Alternatif Penanganan Polusi Udara
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan laporan World Air Quality Report, seperti dikutip dari situ Greenpeace, Indonesia menempati peringkat pertama yang memiliki kualitas udara terburuk di Asia Tenggara pada tahun 2023. Deputi Bidang Koordinasi Transportasi dan Infrastruktur Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Rachmat Kaimuddin berharap, dengan mendorong penerapan kebijakan berbasis-bukti masyarakat bisa semakin familiar dengan permasalahan polusi udara. Caranya dengan mengetahui sumber emisi yang menjadi penyebab polusi. “Dengan data ilmiah, kita bisa menjelaskan,masalah polusi udara adalah masalah bersama dan semuanya harus terlibat,” kata Rachmat dalam keterangan tertulis, Senin (9/8). Menurut dia, data pemerintah menunjukkan, polusi udara di Jakarta masih disebabkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor. Maka, Kemenko Marves berupaya meningkatkan standar bahan bakar sebelum akhir masa pemerintahan saat ini.