KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengumumkan keputusannya untuk menahan suku bunga acuan di 5,75%. Menurut Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji keputusan BI untuk menahan suku bunga nantinya akan mengurangi tekanan pada IHSG. Menurutnya secara domestik, pemerintah maupun BI tengah berupaya menjaga tren pertumbuhan ekonomi yang positif ke depannya, apalagi saat ini pergerakan rupiah terhadap dollar AS masih cenderung stabil. Nafan menilai langkah BI untuk menahan suku bunga adalah hal yang tepat, lantaran jika memutuskan untuk menaikan suku bunga akan berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga memberikan sentimen negatif bagi kinerja pertumbuhan IHSG.
Walaupun pada perdagangan terakhir hari ini IHSG tertekan ke level 5.797 pasca BI mempertahankan suku bunga, menurut Nafan hal tersebut lebih dikarenakan kisruh politik di Italia yang mengguncang perekonomian Uni Eropa, keluarnya USA dari Intermediate Range Nuclear Forces Treaty dan rengangnya hubungan antara AS dengan Arab Saudi prihal pembunuhan jurnalis Khashoggi berkebangsaan Arab Saudi. Nafan mengatakan, bahwa pelaku pasar akan mempertimbangkan stabilitas fundamental makro ekonomi domestik yang inklusif dan berkesinambungan, sehingga dapat menyokong pergerakan IHSG ke arah yang positif. "Indonesia merupakan negara emerging market dalam kategori investment grade, sejumlah emiten masih berpotensi menncatatkan kinerja fundamental,"ujarnya. Dengan alasannya tersebut nafan memprediksi hingga akhir tahun IHSG akan berada di level 6.117. Jika The Fed kembali menaikkan suku bunga pada Desember mendatang, Nafan menafsirkan nantinya BI akan menaikan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps). "Namun saya belum bisa mengukur
bottom IHSG jika BI menaikan suku bunga, karena terlalu spekulatif," ujarnya. Seandainya, The Fed memang menaikkan suku bunga sebesar 25 bps, rupiah akan semakin melemah terhadap dollar, maka langkah tersebut dilakukan oleh BI untuk menyesuaikan dengan kenaikan suku bunga The Fed. Adapun sektor-sektor dan saham yang masih dianggap Nafan menarik, diantaranya sektor perkebunan dengan saham LSIP
buy dengan target harga harga Rp 1.470 dalam jangka menengah, sektor consumer dengan saham ICBP
buy dengan target harga Rp 9.250 dalam jangka menengah, sektor Infrastruktur dengan saham TLKM
buy dengan target harga Rp 4.130 dalam jangka menengah. Sementara itu Analis Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe mengatakan dengan keputusan BI untuk tidak menaikkan suku bunga, salah satu ketidakpastian dianggap terjawab oleh pelaku pasar, menurutnya IHSG masih bisa menembus ke atas, selama tidak menembus support 5.750, "BI dan The Fed selesihnya sudah diatas 3% sehingga masih aman," ujar Kiswoyo. Pada akhir tahun dia memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan, lantaran The Fed kembali menaikan suku bunga. Namun hal tersebut dianggapnya baik agar rupiah kembali stabil, sehingga mempengaruhi pergerakan IHSG ke arah yang positif. Dengan begitu, dia memprediksi IHSG akan berada di level 6.500 pada akhir tahun.
Menurutnya IHSG sangat dipengaruhi oleh kurs rupiah dan juga pergerakan Dow Jones, "kita berharap kurs rupiah akan stabil dan Dow Jones tidak melemah terlalu dalam," katanya. Adapun saham-saham yang menarik untuk dikoleksi menurut Kiswoyo adalah saham-saham
bluechips atau penggerak IHSG, "kalau kita yakin IHSG akan berada dilevel enam ribuan makan yang dibeli saham-saham
bluechips terlebih dahulu," ungkapnya. Seperti saham-saham perbankan, dia merekomendasikan
buy BBRI dengan target harga Rp 3.500 hingga akhir tahun.
Buy BBNI dengan target harga Rp 9.000 hingga akhir tahun,
buy BMRI dengan target harga Rp 7.500 hingga akhir tahun. Selain itu,
buy TLKM dengan target harga Rp 4.000 hingga akhir tahun,
buy UNVR dengan target harga Rp 48.000 hingga akhir tahun dan
buy ASII dengan target harga Rp 8.000 hingga akhir tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi