JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menilai suku bunga acuan
7-day reverse repo rate di di level 4,75% yang dipatok sejak Oktober 2017 lalu masih mampu mengantisipasi kemungkinan risiko kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Oleh karena itu BI menahan suku bunganya di Juni ini.Ditahannya 7 day RRR diputuskan dalam rapat dewan gubernur (RDG) BI pada Rabu dan Kamis (14-15 Juni 2017). BI kembali menahan suku bunga acuan di level 4,75% dengan suku bunga
deposit facility di level 4% dan
lending facility di level 5,5%. BI yakin walau The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC), moneter Indonesia masih akan aman.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, suku bunga acuan 7 day RRR masih bisa untuk mencapai sasaran target inflasi 2017 sebesar 4% plus minus 1%. "Posisi kami akan sama dengan RDG bulan lalu, masih netral dalam konteks kami mengantisipasi risiko yang akan muncul dari eksternal, global, maupun domestik," kata Dody, Kamis (15/6). Menurutnya, posisi ini akan dipertahankan selama inflasi, kurs rupiah, dan defisit transaksi berjalan (
current account deficit (CAD)) masih sesuai dengan ekspektasi. "Selama tidak ada perubahan (ekspektasi inflasi dan kurs rupiah) berarti posisi kami
stance-nya tetap netral," tambahnya. Dari sisi inflasi, BI memperkirakan sepanjang 2017 inflasi sekitar 4,36%. Meski begitu, BI akan memperhatikan pergerakan inflasi inti. Dody memperkirakan, puncak inflasi akan terjadi di bulan ini, namun masih di level aman. Ia bilang, inflasi bulan ini akan lebih tinggi dibanding Mei lalu yang tercatat 0,39% karena ada dampak kenaikan tarif listrik dan angkutan. Dody bilang kenaikan suku bunga The Fed tidak akan mengganggu pergerakan rupiah asal tak ada sentimen mengejutkan terkait kebijakan The Fed. Kondisi ekonomi domestik juga harus mendukung dana asing tak keluar dari pasar keuangan. BI memperkirakan CAD tahun ini di bawah 2%, yaitu US$ 18,4 miliar (1,82% dari PDB). Naik tahun depan Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi juga memperkirakanBI akan menahan suku bunga acuannya sepanjang tahun ini di level 4,75%. Sebab inflasi tahun ini tidak akan bergerak keluar dari sasaran target inflasi 2017.
Selain itu dia memperkirakan kurs rupiah akan cenderung stabil di kisaran Rp 13.200 sampai Rp 13.400 per dollar Amerika Serikat (AS) dengan potensi menguat ke level Rp 13.200 per dollar AS di akhir tahun. Sementara untuk defisit transaksi berjalan, Eric memperkirakan posisinya akan stabil di kisaran 1,8%-2% dari PDB. "Saya perkirakan stance BI berubah tahun depan karena ada tekanan terhadap rupiah menjelang pemilu dan adanya
capital outflow. Inflasi akan lebih tinggi karena kenaikan harga energi dan ekspansi fiskal pemerintah," katanya. Dia memperkirakan, BI 7-Day RRR akan naik dua kali masing-masing 25 basis points (bps) di semester II-2018. Sehingga suku bunga acuan BI akan ada di level 5,25% di akhir tahun 2018. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie