Kebijakan China dongkrak harga aluminium



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aluminium baru saja menembus level tertinggi sejak tahun 2011. Penguatan kali ini diperkirakan sangat dipengaruhi kebijakan tambang yang diterapkan pemerintah China. Dampak penutupan smelter ilegal dan pengurangan polusi sudah mulai terlihat mengangkat harga.

Mengutip Bloomberg, Rabu (25/10), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di LME bertengger di US$ 2.186 per metrik ton. Ini harga tertinggi sejak September 2011.

“Kebijakan penutupan smelter ilegal dan pengurangan polusi udara mulai berdampak, jadi pelaku pasar mulai merespon positif,” ujar Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoint Futures, Kamis (26/10).


Pasca-reformasi tambang diberlakukan, produksi aluminium China bulan September turun 1,14%. Jika pada Agustus produksinya mencapai 2,64 juta ton, kini berkurang menjadi 2,61 juta ton.

Kata Andri, di tengah pasokan yang terbatas, aluminium juga diuntungkan dengan peningkatan permintaan. Produsen aluminium di China, Chinalco memperkirakan konsumsi logam akan meningkat 9%-10% tahun ini. Kemudian hingga akhir kuartal III diperkirakan konsumsi alumnium mencapai 26,25 juta ton.

“Di kuartal IV ini tantangannya cuma dari rencana The Fed menaikkan suku bunganya, tapi itu juga enggak lama,” imbuhnya.

Menurut Andri, kalaupun harus terkoreksi karena dollar AS yang menguat, hal itu hanya bersifat terbatas. Kondisi ekonomi China yang membaik dan penjualan otomotif yang terus meningkat masih menjadi sentimen positif yang menopang harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini